HUBUNGAN PENYALURAN
KREDIT DAN PERSEPSI ANGGOTA TENTANG PEMBINAAN USAHA DENGAN PENDAPATAN USAHA
Tio
Novelina, Suratno, Kuswanto
ABSTRACT
In the world of non-profit oriented businesses,
income is something that is very important. Because the income that is received
can determine the existence of an undertaking. However, to get the revenue
isn't as easy as we thought. The toughest challenges that face business
competition. In connection with it, the STATE-OWNED ENTERPRISES provides a
solution that is very meaningful. Through PT Taspen Office, carried out the
construction of SMES and cooperatives. With the aim to provide knowledge of the
business world. In addition, PT Taspen Office also provides additional capital
to his efforts through credit. Thus, the need for research on the relationship
of credit and construction business, with revenues.
The purpose of this research is to know the credit relationship
with revenues; relationship perceptions of members about the coaching business
with revenues; and Credit Relationships and perceptions of members about the
coaching business with Revenues in the medium and small business Cooperatives
of small-scale PT Taspen Kota Jambi.
In this research that became the subject of SMES and
cooperatives of small-scale PT Taspen Office city of Jambi in eleven attempts.
Engineering data collection is done using documentation and question form.
Documentation is used to retrieve the data credits and revenue. Meanwhile, the
now used to retrieve data about the perception of the members of the
construction effort. Data analysis techniques using multiple correlation
formula and partial correlation.
Based on research results, obtained that there was
no significant relationship between the granting of credit and the perception
of the members of the coaching efforts against revenues in the medium and small
business Cooperatives of small-scale PT Taspen Office Jambi. This may be
because the given credit not used to add business capital but used for other
purposes.
Keyword: Credit Channeling, coaching businesses, and a Revenues
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) adalah suatu unit
usaha yang sebagian besar atau seluruh modal berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan serta membuat suatu produk atau jasa yang sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. BUMN juga sebagai salah satu sumber penerimaan keuangan
negara yang nilainya cukup besar. Sehingga, dalam hal ini pemerintah menugasi Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) untuk melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) demi
kemudahan dalam pencapain tujuan pembangunan nasional tersebut. Dan salah satu
BUMN yang menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan tersebut yaitu PT.
TASPEN.
PT. TASPEN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang asuransi tabungan hari tua dan dana pensiun PNS. Perusahaan ini dibentuk sesuai dengan UU 11/1969 tentang pensiun
pegawai dan pensiun janda/duda pegawai serta selanjutnya juga memfasilitasi UU
11/1992 tentang dana pensiun serta UU 40/2004 tentang sistem jaminan sosial
nasional.
Program Kemitraan (PK) adalah program untuk meningkatkan kemampuan
usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian
laba PT. Taspen. Sedangkan Program Bina Lingkungan merupakan program
pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh PT. Taspen melalui pendapatan dana
dari bagian laba PT. Taspen. Program Bina Lingkungan (BL) bertujuan untuk
membentuk calon mitra binaan baru dan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat
oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, pemerintah berharap
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat meningkat khususnya Kota Jambi serta
dapat mendukung program nasional yaitu penyaluran Kredit Usaha Rakyat bagi
masyarakat kreatif yang memiliki kekurangan modal. Akan tetapi, permasalahannya
yaitu apakah penyaluran kredit dan pembinaan melalui Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan yang dilakukan oleh PT. Taspen ini berpengaruh dengan pendapatan
usaha.
METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Di mana
menurut Hasan (2010:8) penelitian survey yaitu penelitian yang dilakukan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan
secara faktual. Jenis penelitian survey yang dilaksanakan yaitu penelitian
korelasional. Adapun jumlah sampel penelitian yaitu sebanyak 14 Usaha. Dan di
laksanakan pada bulan September 2012 sampai dengan Maret 2013.
Teknik
pengambilan data dilakukan dengan cara, penyebaran instumen penelitian.
Instrumen yang digunakan yaitu angket. Angket disebar kepada responden,
kemudian setelah angket tersebut diisi oleh responden. Angket tersebut ditarik
lagi. Setelah angket terkumpul, kemudian ditabulasi dan dianalisis. Analisis data
yang gunakan yaitu korelasi berganda dan korelasi parsial.
HASIL PENELITIAN
Dari
penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh:
Pertama,
tidak terdapat
hubungan Penyaluran kredit dengan
pendapatan usaha pada Usaha Kecil Menengah dan Koperasi binaan PT. Taspen Kota
Jambi. Harga 0,325851 yang diperoleh tersebut termasuk dalam kategori rendah.
Rendahnya hubungan Penyaluran kredit
dengan pendapatan usaha tersebut mungkin karena modal yang diberikan
oleh PT. Taspen kepada UKM binaannya tidak digunakan untuk menambah modal
usaha, namun digunakan untuk modal yang lain.
Kedua,
tidak terdapat
hubungan Penyaluran kredit dan
persepsi anggota tentang pembinaan usaha terhadap pendapatan usaha pada Usaha
Kecil Menengah dan Koperasi binaan PT. Taspen Jambi. Berdasarkan hasil
analisis korelasi dapat diketahui bahwa harga Ry,x1,x2 = 0,283.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan Penyaluran kredit dan persepsi anggota tentang pembinaan
usaha dengan pendapatan usaha pada Usaha Kecil Menengah dan Koperasi binaan PT.
Taspen Jambi termasuk dalam kategori rendah.
PEMBAHASAN
Keberhasilan
seseorang pengusaha diukur berdasarkan dua tolak ukur yaitu pendapatan
dan kekayaan atau kemakmuran. Pendapatan, menurut Moenir, 1992 (dalam Mayangsari, 2007:32)
adalah sebuah penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga atau pikiran
yang telah dicurahkan untuk orang lain atau badan organisasi baik dalam bentuk
uang, maupun fasilitas dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu, Winardi
(dalam Mayangsari, 2007:32) mengemukakan bahwa pendapatan merupakan hasil
berupa uang atau hasil berupa materi lainnya yang dicapai dari penggunaan
kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas untuk tindakan produktif.
Pendapatan adalah pendapatan yang dibelanjakan, pada tingkat
pendapatan yang rendah maka pengeluaran konsumen bukan saja dibiayai oleh
pendapatan tetapi juga dari sumber-sumber lainnya, seperti menjual harta
kekayaan atau meminjam. Menurut Sadono Sukirno (1999:38), beliau memandang
pendapatan itu dari aspek konsumsi yang dikeluarkan seseorang, besarnya
konsumsi yang dilakukan menentukan besarnya pendapatan yang diterimanya
termasuk kekayaan yang dimilikinya. Lain halnya dengan Moekijat dalam Mardiati
(2008:11), beliau melihat pendapatan itu dari hasil balas jasa kepemilikan
faktor-faktor produksi. Dimana pendapatan adalah semua balas jasa, termasuk
upah dan pembayaran khusus, keuntungan, bunga uang, dan jumlah perseroan.
Sementara,
pengertian kredit menurut Undang-Undang No. 10 Tahun
1998, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 angka 11 (2006:1) ”Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga”. Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai
tujuan dan fungsi tertentu sebagai berikut.:
a.
Mencari keuntungan
Keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas
jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan
ini penting untuk kelangsungan hidup bank dan memperluas usaha bank.
b.
Membantu usaha nasabah Bank
memberikan fasilitas kredit untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana,
baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dalam hal ini baik
bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan dimana bank memperoleh bunga dan
nasabah dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
c.
Membantu pemerintah
Pemerintah menerima pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank,
meningkatkan devisa Negara apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk
keperluan ekspor, dan membuka kesempatan kerja bila kredit yang diberikan
digunakan untuk membuka usaha baru.
Program kemitraan dan Bina Lingkungan bertujuan untuk mewujudkan
Usaha Kecil dan Koperasi menjadi tangguh dan modren, sehingga dapat mendukung
dan memperkuat perekonomian nasional. Adapun dana
pembinaan yang dimaksud bersumber dari penyisihan laba BUMN berdasarkan
undang-undang Nomor 19 tahun 2003, tentang Badan Usaha Milik Negara, disamping
melakukan pembinaan usaha kecil, BUMN dapat pula menyisihkan sebagian labanya
untuk memberdayakan kondisi sosial masyarakat sektor BUMN. Kegiatan pembinaan
usaha kecil dan masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui
program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL).
Potensi usaha kecil dan koperasi yang cukup besar perlu
dikembangkan dengan menciptakan iklim usaha yang sehat dan tata hubungan yang
mendorong timbulnya kondisi saling menunjang antar BUMN pelaksanaan program
Kemitraan dan Bina Lingkungan. Kunci keberhasilan dalam
memberikan peluang untuk meningkatkan peran pengusaha kecil adalah melalui
program kemitraan. Di
mana pemerintah indonesia telah mencanangkan program kemitraan
melalui keterkaitan system mitra usaha tersebut mengatur hubungan kerjasama
melalui keterkaitan usaha besar dan usaha kecil. Terdapat 3 unssur utama dalam pengertian kemitraan adalah:
a)
Unsur
kerjasama antar usaha kecil disatu pihak dan usaha menengah atau usaha besar
dilain pihak.
b)
Unsur kewajiban
pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha menengah dan pengusaha besar
c)
Unsur
saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Menurut Mulyadi (2012:222) kegiatan
pembinaan dalam lingkup ini diarahkan untuk memperbaiki iklim usaha yang dapat
menarik para pelaku usaha untuk mengembangkan usahnya. Untuk tujuan perencanaan
kegiatan usaha yang telah ada, yang masih bersifat menghambat, secara bertahap
dikurangi dengan upaya-upaya konkrit.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa: Tidak terdapat
hubungan penyaluran kredit dengan pendapatan usaha pada Usaha Kecil Menengah
dan Koperasi binaan PT. Taspen Kota Jambi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang diperoleh
rhitung = 0,316756; tidak
terdapat
hubungan persepsi anggota tentang pembinaan usaha dengan pendapatan usaha pada
Usaha Kecil Menengah dan Koperasi binaan PT. Taspen Kota Jambi. Hal ini dapat
dilihat dari hasil perhitungan yang diperoleh yaitu diperoleh rhitung
= 0,361568 dan tidak
terdapat
hubungan yang signifikan anatara penyaluran kredit dan persepsi anggota tentang
pembinaan usaha terhadap pendapatan usaha pada Usaha Kecil Menengah dan
Koperasi binaan PT. Taspen Jambi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Iqbal. 2010. Analisis
Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara
Mulyadi. 2012. Ekonomi
Sumber Daya Manusia: dalam perspektif pembangunan. Jakarta: Rajawali pers
PT. Taspen (persero). 2011. Sejarah perkembangan dan prospek PT
Taspen (persero), Jakarta
Sadono, Sukirno. 1999. Ekonomi
Pembangunan. Jakarta: LPFE-UI
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1 angka 11
tentang kredit.
Undang-Undang Nomor 19 tahun
2003, tentang Badan Usaha Milik Negara
No comments:
Post a Comment