Thursday, 20 February 2014

JURNAL "PENYALURAN KREDIT DAN PERSEPSI ANGGOTA TENTANG PEMBINAAN USAHA DENGAN PENDAPATAN USAHA"



HUBUNGAN PENYALURAN KREDIT DAN PERSEPSI ANGGOTA TENTANG PEMBINAAN USAHA DENGAN PENDAPATAN USAHA


Tio Novelina, Suratno, Kuswanto


ABSTRACT
In the world of non-profit oriented businesses, income is something that is very important. Because the income that is received can determine the existence of an undertaking. However, to get the revenue isn't as easy as we thought. The toughest challenges that face business competition. In connection with it, the STATE-OWNED ENTERPRISES provides a solution that is very meaningful. Through PT Taspen Office, carried out the construction of SMES and cooperatives. With the aim to provide knowledge of the business world. In addition, PT Taspen Office also provides additional capital to his efforts through credit. Thus, the need for research on the relationship of credit and construction business, with revenues.
The purpose of this research is to know the credit relationship with revenues; relationship perceptions of members about the coaching business with revenues; and Credit Relationships and perceptions of members about the coaching business with Revenues in the medium and small business Cooperatives of small-scale PT Taspen Kota Jambi.
In this research that became the subject of SMES and cooperatives of small-scale PT Taspen Office city of Jambi in eleven attempts. Engineering data collection is done using documentation and question form. Documentation is used to retrieve the data credits and revenue. Meanwhile, the now used to retrieve data about the perception of the members of the construction effort. Data analysis techniques using multiple correlation formula and partial correlation.
Based on research results, obtained that there was no significant relationship between the granting of credit and the perception of the members of the coaching efforts against revenues in the medium and small business Cooperatives of small-scale PT Taspen Office Jambi. This may be because the given credit not used to add business capital but used for other purposes.


 
Keyword: Credit Channeling, coaching businesses, and a Revenues






PENDAHULUAN
Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah suatu unit usaha yang sebagian besar atau seluruh modal berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan serta membuat suatu produk atau jasa yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. BUMN juga sebagai salah satu sumber penerimaan keuangan negara yang nilainya cukup besar. Sehingga, dalam hal ini pemerintah menugasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) demi kemudahan dalam pencapain tujuan pembangunan nasional tersebut. Dan salah satu BUMN yang menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan tersebut yaitu PT. TASPEN.
PT. TASPEN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang asuransi tabungan hari tua dan dana pensiun PNS. Perusahaan ini dibentuk sesuai dengan UU 11/1969 tentang pensiun pegawai dan pensiun janda/duda pegawai serta selanjutnya juga memfasilitasi UU 11/1992 tentang dana pensiun serta UU 40/2004 tentang sistem jaminan sosial nasional.
Program Kemitraan (PK) adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba PT. Taspen. Sedangkan Program Bina Lingkungan merupakan program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh PT. Taspen melalui pendapatan dana dari bagian laba PT. Taspen. Program Bina Lingkungan (BL) bertujuan untuk membentuk calon mitra binaan baru dan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, pemerintah berharap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat meningkat khususnya Kota Jambi serta dapat mendukung program nasional yaitu penyaluran Kredit Usaha Rakyat bagi masyarakat kreatif yang memiliki kekurangan modal. Akan tetapi, permasalahannya yaitu apakah penyaluran kredit dan pembinaan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang dilakukan oleh PT. Taspen ini berpengaruh dengan pendapatan usaha.

METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Di mana menurut Hasan (2010:8) penelitian survey yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Jenis penelitian survey yang dilaksanakan yaitu penelitian korelasional. Adapun jumlah sampel penelitian yaitu sebanyak 14 Usaha. Dan di laksanakan pada bulan September 2012 sampai dengan Maret 2013.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara, penyebaran instumen penelitian. Instrumen yang digunakan yaitu angket. Angket disebar kepada responden, kemudian setelah angket tersebut diisi oleh responden. Angket tersebut ditarik lagi. Setelah angket terkumpul, kemudian ditabulasi dan dianalisis. Analisis data yang gunakan yaitu korelasi berganda dan korelasi parsial.

HASIL PENELITIAN
Dari penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh:
Pertama, tidak terdapat hubungan Penyaluran kredit    dengan pendapatan usaha pada Usaha Kecil Menengah dan Koperasi binaan PT. Taspen Kota Jambi. Harga 0,325851 yang diperoleh tersebut termasuk dalam kategori rendah. Rendahnya hubungan Penyaluran kredit    dengan pendapatan usaha tersebut mungkin karena modal yang diberikan oleh PT. Taspen kepada UKM binaannya tidak digunakan untuk menambah modal usaha, namun digunakan untuk modal yang lain.
Kedua, tidak terdapat hubungan Penyaluran kredit    dan persepsi anggota tentang pembinaan usaha terhadap pendapatan usaha pada Usaha Kecil Menengah dan Koperasi binaan PT. Taspen Jambi. Berdasarkan hasil analisis korelasi dapat diketahui bahwa harga Ry,x1,x2 = 0,283. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan Penyaluran kredit    dan persepsi anggota tentang pembinaan usaha dengan pendapatan usaha pada Usaha Kecil Menengah dan Koperasi binaan PT. Taspen Jambi termasuk dalam kategori rendah.

PEMBAHASAN
Keberhasilan seseorang pengusaha diukur berdasarkan dua tolak ukur yaitu pendapatan dan kekayaan atau kemakmuran. Pendapatan, menurut Moenir, 1992 (dalam Mayangsari, 2007:32) adalah sebuah penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga atau pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau badan organisasi baik dalam bentuk uang, maupun fasilitas dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu, Winardi (dalam Mayangsari, 2007:32) mengemukakan bahwa pendapatan merupakan hasil berupa uang atau hasil berupa materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas untuk tindakan produktif.
Pendapatan adalah pendapatan yang dibelanjakan, pada tingkat pendapatan yang rendah maka pengeluaran konsumen bukan saja dibiayai oleh pendapatan tetapi juga dari sumber-sumber lainnya, seperti menjual harta kekayaan atau meminjam. Menurut Sadono Sukirno (1999:38), beliau memandang pendapatan itu dari aspek konsumsi yang dikeluarkan seseorang, besarnya konsumsi yang dilakukan menentukan besarnya pendapatan yang diterimanya termasuk kekayaan yang dimilikinya. Lain halnya dengan Moekijat dalam Mardiati (2008:11), beliau melihat pendapatan itu dari hasil balas jasa kepemilikan faktor-faktor produksi. Dimana pendapatan adalah semua balas jasa, termasuk upah dan pembayaran khusus, keuntungan, bunga uang, dan jumlah perseroan.
Sementara, pengertian kredit menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 angka 11 (2006:1) ”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga”. Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan dan fungsi tertentu sebagai berikut.:
a.       Mencari keuntungan Keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank dan memperluas usaha bank.
b.      Membantu usaha nasabah Bank memberikan fasilitas kredit untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan dimana bank memperoleh bunga dan nasabah dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
c.       Membantu pemerintah Pemerintah menerima pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank, meningkatkan devisa Negara apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor, dan membuka kesempatan kerja bila kredit yang diberikan digunakan untuk membuka usaha baru.
Program kemitraan dan Bina Lingkungan bertujuan untuk mewujudkan Usaha Kecil dan Koperasi menjadi tangguh dan modren, sehingga dapat mendukung dan memperkuat perekonomian nasional. Adapun dana pembinaan yang dimaksud bersumber dari penyisihan laba BUMN berdasarkan undang-undang Nomor 19 tahun 2003, tentang Badan Usaha Milik Negara, disamping melakukan pembinaan usaha kecil, BUMN dapat pula menyisihkan sebagian labanya untuk memberdayakan kondisi sosial masyarakat sektor BUMN. Kegiatan pembinaan usaha kecil dan masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL).
Potensi usaha kecil dan koperasi yang cukup besar perlu dikembangkan dengan menciptakan iklim usaha yang sehat dan tata hubungan yang mendorong timbulnya kondisi saling menunjang antar BUMN pelaksanaan program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Kunci keberhasilan dalam memberikan peluang untuk meningkatkan peran pengusaha kecil adalah melalui program kemitraan. Di mana pemerintah indonesia telah mencanangkan program kemitraan melalui keterkaitan system mitra usaha tersebut mengatur hubungan kerjasama melalui keterkaitan usaha besar dan usaha kecil. Terdapat 3 unssur utama dalam pengertian kemitraan adalah:
a)      Unsur kerjasama antar usaha kecil disatu pihak dan usaha menengah atau usaha besar dilain pihak.
b)      Unsur kewajiban pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha menengah dan pengusaha besar
c)      Unsur saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Menurut Mulyadi (2012:222) kegiatan pembinaan dalam lingkup ini diarahkan untuk memperbaiki iklim usaha yang dapat menarik para pelaku usaha untuk mengembangkan usahnya. Untuk tujuan perencanaan kegiatan usaha yang telah ada, yang masih bersifat menghambat, secara bertahap dikurangi dengan upaya-upaya konkrit.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:  Tidak terdapat hubungan penyaluran kredit dengan pendapatan usaha pada Usaha Kecil Menengah dan Koperasi binaan PT. Taspen Kota Jambi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang diperoleh rhitung = 0,316756; tidak terdapat hubungan persepsi anggota tentang pembinaan usaha dengan pendapatan usaha pada Usaha Kecil Menengah dan Koperasi binaan PT. Taspen Kota Jambi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang diperoleh yaitu diperoleh rhitung = 0,361568 dan tidak terdapat hubungan yang signifikan anatara penyaluran kredit dan persepsi anggota tentang pembinaan usaha terhadap pendapatan usaha pada Usaha Kecil Menengah dan Koperasi binaan PT. Taspen Jambi.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Iqbal. 2010. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyadi. 2012. Ekonomi Sumber Daya Manusia: dalam perspektif pembangunan. Jakarta: Rajawali pers

PT. Taspen (persero). 2011. Sejarah perkembangan dan prospek PT Taspen (persero), Jakarta

Sadono, Sukirno. 1999. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LPFE-UI

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1 angka 11 tentang kredit.

Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003, tentang Badan Usaha Milik Negara

No comments: