|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan
pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena dengan
pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Selain itu, pendidikan ialah
usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan
jasmani dan rohaninya ke
arah
kedewasaan. Dewasa ini masalah pendidikan merupakan salah satu masalah yang
menjadi sorotan dari berbagai pihak baik dari masyarakat, Departemen Pendidikan
maupun Departemen lainnya. Perhatian tersebut sudah selayaknya, karena sektor
pendidikan merupakan sektor yang paling dominan dalam peningkatan sumber daya
manusia yang berkualitas, yang merupakan obyek sekaligus subyek dalam
pembangunan nasional. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting dalam
pembangunan maka tidak salah jika pemerintah mengusahakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan baik dari tingkat yang paling rendah maupun sampai ke tingkat
perguruan tinggi.
1
|
Secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto,
2010:2). Belajar membawa perubahan bagi mereka yang melakukan belajar tersebut.
Perubahan tingkah laku bukan hanya menyangkut pengetahuan saja akan tetapi
lebih dari pada itu yaitu perubahan kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,
penghargaan, minat, penyesuaian diri, dan lain-lain yang berhubungan dengan
pribadi seseorang. Pada prakteknya pelaksanaan belajar tidak selalu lancar dan
berhasil dengan baik. Terkadang dalam proses belajar yang tidak lancar itu diakibatkan
karena adanya hambatan atau kesulitan siswa dalam belajar. Secara umum
kesulitan belajar yang dihadapi siswa bukan hanya pada mata pelajaran yang
bersifat alamiah saja akan tetapi lebih dari pada itu. Mata pelajaran yang
bersifat sosial pun terkadang mendatangkan kesulitan bagi siswa, apalagi apa
yang dipelajari tersebut bersifat abstrak atau belum pernah dialami langsung
oleh siswa tersebut seperti mata pelajaran ekonomi khususnya pada pokok bahasan
akuntansi.
Berdasarkan pengamatan
penulis. Pada prakteknya, di SMA Nusantara Kota Jambi mata pelajaran ekonomi dibagi
menjadi 2 pembahasan yaitu 1) pembahasan mengenai permasalahan ekonomi dan 2)
pembahasan mengenai permasalahan akuntasi. Pembahasan ekonomi dibahas pada
semester I untuk kelas XI dan semester II untuk kelas XII sementara itu pada
pembahasan akuntansi dibahas pada semester II untuk kelas XI dan semester I
untuk kelas XII. Dalam kegiatan pembelajaran kedua pembahasan tersebut
diajarkan oleh seorang guru yang mempunyai latar pendidikan Strata I (S1)
Pendidikan Ekonomi. Berbeda dengan apa
yang dibahas dalam pembahasan ekonomi, pembahasan akuntansi dirasakan lebih
sulit oleh siswa. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa pada
saat belajar akuntansi (Tabel 1).
Menurut Simamora
(2002:8) Akuntansi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang proses
pengukuran aktivitas ekonomi dalam satuan uang dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak yang berkepentingan. Senada dengan pendapat tersebut, American Accounting Association (AAA)
(dalam Handoko dkk, 2005:3) juga merumuskan bahwa akuntansi adalah proses
mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi dalam sebuah
perusahaan sehingga dimungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan
bagi mereka yang menggunakan informasi. Selain itu, American Institute of Certifiet Publik Accountang (AICPA)
mengemukakan bahwa akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokkan, dan
pengikhtisaran menurut cara yag berarti dan dinyatakan dalam nilai uang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu
bidang ilmu yang mempelajari tentang proses pencatatan, pengidentifikasian,
pengelompokkan, mengukur, pengikhtisaran, dan setelah itu dilakukan pelaporan
informasi dan mengkomunikasikannya kepada pihak yang berkepentingan.
Dalam kehidupan
sehari-hari penerapan akuntansi memiliki peranan yang sangat penting. Tidak
hanya digunakan untuk kepentingan bisnis. Akan tetapi, dalam kehidupan
sehari-hari pun memerlukan akuntansi sebagai dasar perhitungan yang efektif. Oleh
karena itu, dalam proses pembelajaran akuntansi tersebut diperlukan pemahaman
yang cukup pula dari peserta didik. Pada proses pembelajaran, akuntansi sarat
akan hitungan. Sementara apa yang dihitung itu sendiri merupakan sesuatu yang
abstrak dan dalam jumlah yang besar. Sehingga
apa yang telah dijelaskan oleh
guru sulit dipahami oleh siswa.
Hasil pengamatan penulis pada
saat Praktek Kerja Lapangan sejak tanggal 1 April sampai dengan 30 Mei 2011
menunjukkan bahwa masih sulitnya siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi yang
ditunjukkan dengan hasil belajar yang dicapai masih dibawah rata-rata,
lambatnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan terkadang siswa
acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan sehingga dalam proses penyusunan
ayat jurnal penyesuaian dan kertas kerja masih banyak mengalami kesalahan, dan berpengaruh
pada hasil belajar yang dicapai.
Tabel 1. Rata-rata
hasil belajar siswa kelas XI IS SMA Nusantara Kota Jambi
NO
|
KELAS
|
JUMLAH SISWA
|
NILAI RATA-RATA
|
KKM
|
1
|
XI IS I
|
37 siswa
|
66,74
|
70,00
|
2
|
XI IS 2
|
35 siswa
|
66,64
|
70,00
|
Sumber: Data dari guru mata pelajaran ekonomi SMA
Nusantara TA 2010/2011
Berdasarkan tabel di atas, dapat
disimpulkan bahwa masih rendahnya hasil belajar akuntansi siswa yang dibuktikan
dengan rendahnya nilai rata-rata siswa dibandingkan dengan Keriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu sebesar 70,00. Kelas XI IS I dengan jumlah 37 siswa
memperoleh nilai rata-rata 66,74 sementara itu kelas XI IS 2 memperoleh nilai
rata-rata 66,64. Hal ini dapat disebabkan karena adanya gangguan atau kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa. salah satu kesulitan yang banyak ditemui oleh
siswa yaitu pada saat menganalisis transaksi akuntansi khususnya pada materi
Ayat Jurnal Penyesuaian.
Sejalan dengan itu, hasil
wawancara dengan Sabrina dan Yudi (siswa SMA Nusantara) pada tanggal 21
September 2011 mengatakan bahwa pokok bahasan akuntansi merupakan pokok bahasan
yang sangat sulit untuk di pahami karena dalam pembelajaran tersebut terdapat
unsur perhitungan yang abstrak dan tidak memiliki rumus seperti halnya
pelajaran yang menggunakan perhitungan lainnya.
Berdasarkan uraian di atas,
penulis tertarik untuk mengetahui apa penyebab kesulitan yang dihadapi oleh siswa
dalam proses pembelajaran akuntansi yaitu dengan judul “Penyebab Kesulitan Siswa dalam Menganalisis Transaksi Akuntansi dan Hubungannya dengan Hasil
Belajar Akuntansi (Studi pada Materi Ayat Jurnal Penyesuaian Di SMA Nusantara Kota Jambi)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menganalisis
transaksi akuntansi pada materi ayat jurnal
penyesuaian di SMA Nusantara Kota Jambi?
2. Bagaimanakah hubungan kesulitan
siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi dengan hasil belajar akuntansi
siswa di SMA Nusantara Kota Jambi?
1.3 Pembatasan Masalah
Agar permasalahan
menjadi fokus, terarah, dan tidak salah penafsiran maka penulis membatasi
masalah yaitu:
1) Yang menjadi subjek
penelitian ini adalah suluruh siswa kelas XII IS di SMA Negeri Nusantara.
2) Menganalisis transaksi
akuntansi pada pokok bahasan ayat jurnal penyesuaian.
3) Faktor penyebab yang
diteliti yaitu faktor Internal dan faktor eksternal siswa
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha: Terdapat hubungan yang positif antara kesulitan
siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi dengan hasil belajar akuntansi
siswa SMA Nusantara Kota Jambi.
Ho: Tidak terdapat hubungan antara kesulitan siswa
dalam menganalisis transaksi akuntansi dengan hasil belajar akuntansi siswa SMA
Nusantara Kota Jambi.
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah
yang diteliti, maka tujuan penelitian adalah untuk:
1. Mengetahui faktor apa
yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menganalisis transakasi akuntansi pada pokok bahasan Ayat jurnal penyesuaian
2. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara faktor kesulitan siswa dengan hasil
belajar akuntansi siswa di SMA Nusantara Kota Jambi.
1.6 Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan dan menambah khasanah
kajian pustaka khususnya tentang mengenai faktor- faktor penyebab kesulitan
menganalisis bagi siswa pada mata pelajaran ekonomi pokok bahasan ayat jurnal
penyesuaian.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru mata pelajaran
ekonomi dalam upaya meningkatkan kemampuan menganalisis di bidang akuntansi.
1.7 Definisi Operasional
1) Kesulitan siswa dalam
Menganalisis transaksi akuntansi merupakan kondisi di mana siswa tidak dapat
belajar akibat adanya gangguan-gangguan yang dialami siswa yang berasal dari
dalam diri siswa yaitu kondisi fisiologis siswa dan dari luar diri siswa yang
meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat dan
ditandai dengan menurunnya hasil belajar dan/atau kurang mampunya siswa dalam
memahami pelajaran yang telah diberikan oleh guru dalam mata pelajaran ekonomi
pada materi ayat jurnal penyesuaian.
2) Hasil belajar
merupakan nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk angka.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan baik yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto
(2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat
tersebut sejalan dengan pendapat Djamarah (2008:13) bahwa belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Muhibbin (2010:90) belajar merupakan
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif. Sedangkan
menurut Yamin (2007:168) belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui
latihan dan pengalaman, seseorang belajar tidak ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan yang datang dari dalam dirinya atau oleh stimulus-stimulus
yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal balik dari
determinan-determinan individu dan determinan-determinan lingkungan.
Dari beberapa uraian diatas, maka dapat
dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan, baik perubahan tingkah laku maupun aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan. Perubahan ini dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti bertambah pengetahuannya kecakapan
semakin kuatnya daya penerimaan dan reaksinya serta aspek lain yang ada pada
diri individu yang bersangkutan.
Bukti seseorang telah belajar adalah terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Hamalik (2007:30)
memberikan pengertian hasil belajar adalah sesuatu yang tampak sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur
dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Hasil
belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut seperti,
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.
Sedangkan menurut Slameto (2010:3-5) ciri
perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar Yaitu:
1.
Perubahan
terjadi secara sadar
Ini
berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu
atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam
dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya
bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi
karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam
pengertian belajar.
2.
Perubahan
dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional
Sebagai
hasil belajar, perubahan yang akan terjadi dalam diri seseorang berlangsung
secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses
belajar berikutnya.
3.
Perubahan
dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam
perubahan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan
untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari yang sebelumnya. Dengan demikian
makin banyak usaha belajar dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan
yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4.
Perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan
yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja
seperti berkeringat, keluar air mata, bersin dan sebagainya tidak dapat digolongkan
sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses
belajar bersifat menetap atau permanen.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau
terarah
Perubahan
terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada
perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik,
sebelumnya sudah menetapkanapa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar
mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian
perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang
telah ditetapkan.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah
laku
Perubahan
yang diperoleh seseorang setelah melalui sesuatu proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai
hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam
sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2007:30) memberikan pengertian tentang hasil belajar adalah sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu. Sementara, menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar
merupakan hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh
siswa setelah mengalami tindak belajar dan tindak mengajar oleh guru yang akan
diaplikasikan ke dalam bentuk angka.
Menurut Bloom dkk (dalam Mudjiono dan
Dimyanti, 2006:26-30) menggolongkan hasil belajar menjadi tiga ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu:
a. Pengetahuan atau ingatan
b. Pemahaman
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesis
f. evaluasi
2. Ranah afektif berkenaan den-ean sikap yang
terdiri dari 5 aspek yaitu:
a. Penerimaan
b. Jawaban atau reaksi
c. Penilaian
d. Organisasi
e. lntemalisasi
3. Ranah psikomotorik berkenaan dengan
keterampilan kemampuan bertindak.
a. Persepsi
b. Kesiapan
c. Gerakan terbimbing
d. Gerakan terbiasa
e. Gerakan kompleks
f. penyesuaian pola gerakan
g. kreatifitas
Diantara ketiga (3) kawasan tersebut,
kemampuan kognitiflah yang sangat sering dinilai karena kemampuan ini berkaitan
dengan kemampuan intelektual siswa dalam menguasai materi pelajaran.
2.2 Pengertian Kesulitan Belajar Siswa
Pada dasarnya peserta
didik adalah unik. Mengapa dikatakan unik? Itu dikarenakan setiap peserta didik
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap peserta didik itu tidaklah
sama. Bukan hanya dari bagaimana mereka
bertingkah laku akan tetapi lebih dari pada itu, setiap siswa berbeda dalam
menyerap materi yang diajarkan oleh guru. Ada peserta didik yang memang mudah
menyerap materi yang diajarkan dan tidak sedikit juga ada siswa yang lambat
dalam memahami dan menyerap materi yang diajarkan tersebut.
Menurut Muhibbin, (2010:170)
penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan
kepada para siswa yang berkemampuan tinggi dan rata-rata, sehingga siswa yang
berkemampuan rendah terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswi yang berkategori
diluar rata-rata itu tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang
sesuai dengan kapasistasnya. Sehingga dari penjelasan tersebut kemudian timbul
kesulitan belajar yang dialami oleh anak-anak di luar rata-rata dan bahkan
dialami juga oleh anak-anak rata-rata yang disebabkan oleh faktor-faktor
tertentu yang menghambat tercapainya hasil belajar secara maksimal.
Pokok bahasan pengikhtisaran
akuntansi perusahaan jasa merupakan salah satu pokok bahasan akuntansi yang
membutuhkan ketelitian dan pemahaman dalam pengerjaannya. Tahap menganalisis
transaksi merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam akuntansi. Akan
tetapi, pada tahap menganalisis tersebut siswa masih merasa kesulitan dalam
memahaminya sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang tidak
maksimal. Sesuai dengan pendapat Markus (2004:15) bahwa kesulitan siswa dalam
menghadapi pelajaran akuntansi sebagian besar berasal pada karakteristik materi
akuntansi yang sebagian besar terdiri dari angka-angka yang cukup rumit
sehingga siswa kesulitan dalam menjural, menganalisis transaksi, serta
memperkirakan pos-pos yang perlu digolongkan jurnal-jurnal tertentu.
Mulyono (2007:6)
mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah gangguan yang terjadi dalam suatu
proses pembelajaran yang dikarenakan oleh kurangnya pemahaman intelektual yang
dimiliki oleh seseorang pembelajar terhadap materi yang diberikan. Menurut
Mulyadi (2010:6-7) Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan
kedalamnya termasuk pengertian-pengertian seperti:
1. Learning Disorder (ketergangguan belajar)
Adalah keadaan di mana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang
mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi
proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons
yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajarnya lebih rendah dari potensi
yang dimiliki.
2. Learning Disabilities (ketidakmampuan
belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang
mengacu kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar, sehingga hasil
belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
3. Learning Disfungtion (ketidakfungsian
belajar)
Menunjukkan gejala di mana proses belajar tidak
berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda
subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan-gangguan psikologis
lainnya.
4. Under Achiever (pencapaian rendah)
Adalah mengacu kepada murid-murid yang memiliki
tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah.
5. Slow Learner (lambat belajar)
Adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya
sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang
memeliki taraf potensi intelektual yang sama.
Kesulitan merupakan
suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam
kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat
mengatasi. Kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini
mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh yang mengalaminya, dan
bersifat sosiologis, psikologis ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses
belajarnya (Mulyadi, 2010:6). Menurut Hammil, et al, 1981 (dalam Subini,
2011:14) kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam
aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau
dalam berhitung. Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Kesulitan dalam
aktivitas mendengarkan
Menurut Mulyadi (2010:34) indera yang terpenting untuk
belajar di sekolah adalah penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan hasil
penelitian ternyata dalam kegiatan komunikasi penggunaan panca indera oleh
individu menunjukkan persentase sebagai berikut:
1. indera rasa 1%
2. indera peraba 1%
3. indera pencium 1%
4. indera rungu 11%
5. indera penglihatan
83%
Berdasarkan angka persentase di atas, indera
penglihatan dan indera rungu memegang peranan yang penting dalam kegiatan
belajar. Kondisi tubuh dan suasana lingkungan belajar memang harus diperhatikan
ketika akan melaksanakan proses pembelajaran.
b. Kesulitan bercakap-cakap
(bahasa)
Menurut Purwanto, 1989 (dalam Djamarah, 2008:77) bahasa adalah alat terpenting dalam berpikir.
Karena memiliki bahasa dan mampu berbahasa, manusia dapat berfikir. Dalam hal
ini Djamarah (2010:79) mengatakan bahwa kemampuan anak dalam berbahasa
mempengaruhi kemampuan anak dalam belajar. Dalam realitas sosial sering
ditemukan anak yang mengalami kesulitan belajar karena miskinnya penguasaan
perbendaharaan kosakata. kurangnya penguasaan kosakata menjadi penyebab
sukarnya anak didik memahami kata-kata dan kalimat yang terdapat dalam berbagai
buku bacaan, koran, majalah, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kurangnya penguasaan bahasa oleh anak didik merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan anak kesulitan dalam belajar.
c. kesulitan membaca (dyleksia learning)
Menurut Subini (2011:53) membaca merupakan dasar utama
untuk memperoleh kemampuan belajar di berbagai bidang. Seseorang yang mengalami
kesulitan membaca akan kesulitan untuk memaknai symbol, huruf, dan angka
melalui persepsi visual dan auditoris. Hal ini tentu akan berpengaruh pada saat
anak membaca pemahaman. Senada dengan pendapat di atas Steve Stahl, 2002 (
dalam Santrock, 2009:88) menyatakan bahwa jika anak-anak tidak dapat mengenali
kata-kata secara otomatis, maka pemahaman mereka menjadi buruk. Jika mereka
tidak dapat memahami teks, mereka mungkin tidak akan termotivasi membacanya.
d. kesulitan menulis (dysgraphia learning)
Definisi menulis,menurut Abdurrahman (2003:224) yaitu
antara lain:
1. menulis merupakan
salah satu kompunen sistem komunikasi;
2. menulis adalah
menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa
grafis; dan
3. menulis dilakukan
untuk keperluan komunikasi.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga
disgrafia. Kesulitan menulis menunjuk pada ketidakmampuan mengingat cara
membuat huruf atau simbol-simbol matematika. Subini (2011:60) mengatakan ciri
utama yang paling menonjol dari seseorang yang berkesulitan belajar menulis
adalah ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komponen tulisan dalam bentuk
teks.
e. kesulitan berhitung atau
metematika (dyscalculia learning)
Selain membaca dan menulis, berhitung juga tidak kalah
penting kegunaannya dalam kehipupan sehari-hari. Menurut Mulyadi (2010:174)
ganggauan matematika (dyscalulia learning)
adalah suatu ketidakmampuan dalam melakukan keterampilan matematika yang
dihadpkan untuk kapasistas intelektualdan tingkat pendidikan seseorang. selain
itu, Subini (2011:64) mengatakan kesulitan menghitung merupakan suatu gangguan
perkembangan kemampuan aritmatika atau keterampilan matematika yang jelas
mempengaruhi pencapaian prestasi akademika atau mempengaruhi kehidupan
sehari-hari anak.
Sejalan dengan itu
menurut Djamarah (2008:235) kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak
didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ganggunan dalam
belajar.
Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi di
mana siswa tidak dapat belajar akibat adanya gangguan-gangguan sehingga berpengaruh terhadap kurangnya
pemahaman siswa baik yang berasal dari dalam ataupun dari luar diri siswa itu
sendiri sehingga tidak dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Menurut Subini
(2011:42-47) gangguan belajar pada anak dapat dibedakan menjadi, yaitu:
1. Kekacauan belajar (Learning disorder)
Kekacauan belajar adalah keadaan ketika proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Misalnya, si anak
menginginkan pelajaran santai tanpa
banyak mengeluarkan energi seperti jurusan IPS namun ia dipaksa memasuki
jurusan yang pelajarannya lebih berat seperti jurusan IPA.
2. Distractability
Pada dasarnya, anak dengan gangguan distractability
sama dengan gangguan belajar learning
disorder. Anak dengan gangguan
belajar distracbility tidak dpat
membedakan stimulus yang penting dan tidak penting. Dalam hal ini, terkadang
perhatiannya berbeda dengan apa yang sedang dikerjakannya (melamun pada saat di
kelas).
3. Learning disabilities
Learning disabilities adalah ketidakmampuan seseorang yang mengacu pada
gejala ketikaanak tidak mampu belajar sehingga hasil belajarnya di bawah potensi
intelektualnya. Biasanya, anak learning
disabilities selalu berusaha menghindari kegiatan belajar mengajar dengan
berbagai sebab sehingga hasil belajarnya menjadi di bawah tingkat kecerdasan
yang seharusnya dapat dicapai.
4. Learning disfunction
Learning disfunction adalah gejala yang
menunjukkan ketika proses belajar mengajar seseorang tidak berfungsi dengan
baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental,
gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnnya. Misalnya, anak yang
sudah tekun tetapi tidak mampu menguasai bahan pelajaran dengan baik.
5. Under achiever
Under achiever adalah mengacu pada anak yang memiliki tingkat potensi
intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
6. Lamban belajar (Slow learner)
Lamban belajar adalah anak yang lambat dalam proses belajarnya sehingga
membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan anak lain yang memiliki
tingkat potensi intelektual sama. Kecerdasannya berada sedikit di bawah
rata-rata, yaitu IQ 80-90.
7. Gangguan berbahasa
Pada dasarnya, anak-anak dengan gangguan berbahasa, mempunyai kemampuan
verbal tau kecerdasan normal. Dalam berkomunikasi yang baik perlu adanya
keseimbangan fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon, semantk dan prakmatik.
8. Retardasi mental
Retardasi mental adalah suatu kondisi ketika tingkat kecerdasan anak
berada di bawah rata-rata, yaitu sekitar IQ 50-70. Anak akan mengalami
kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana selayaknya anak
seusianya.
9. Gangguan pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran biasanya terlihat melakukan
usaha yang berlebihan untuk dapat mendengar. Biasanya anak yang mengalami
gangguan pendengaran bicaranya tidak akurat. bahkan pada saat diskusi ia tampak
kebingungan karena sulit menangkap apa yang dibicarakan orang-orang
sekelilingnya.
10. Gangguan tingkah laku
Gangguan tingkah laku adalah anak yang nakal, sulit diatur, sering membolos, suka melawan, bahkan berperilaku
antisosial. Anak yang mempunyai gangguan tingkah laku biasanya mempunyai
prestasi dibawah taraf yang diperkirakan.
11. Hiperaktivitas
Anak dengan gangguan hiperaktivitas akan sukar mengontrol aktivitas
motoriknya. Anak dengan gangguan ini suka berpindah-pindah tugas tanpa
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
12. Gangguan depresi
Depresi adalah gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengn perasaan
yang menurun seperti muram, sedih, atau perasaan tertekan. Anak yang memiliki
tanda-tanda depresi akan memperlihatkan kreativitas, inisiatif, dan motivasi
belajar yang menurun. Dengan demikian, dapat menimbulkan kesulitan belajar
sehingga membuat prestasi belajar anak menurun hari demi hari.
2.2.1 Faktor-faktor
Penyebab Kesulitan Belajar Siswa
Fenomena kesulitan belajar seorang anak biasanya
tanpak jelas dari menurunnya kenerja akademik atau belajarnya. Menurut
Abdurrahman (2003:13) penyebab utama kesulitan belajar (Learning disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan
adanya disfungsi neurologis; sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problems) adalah faktor
eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru,
pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak,
dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement)
yang tidak tepat. Menurut Muhibbin Syah (2010:170-171) faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar antara lain:
1. Faktor intern anak
didik
a. ranah cipta
(kognitif), antara lain seperti rendahnya kapasistas intelektual/inteligensi
anak didik.
b. ranah rasa (afektif),
antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c. Ranah karsa
(psikomotor), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan
pendengaran (mata dan telinga).
2. Faktor ekstern anak
didik
a. lingkungan keluarga,
contohnya; ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, rendahnya kehidupan
ekonomi keluarga.
b. Lingkungan
masyarakat, contohnya; wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang
nakal.
c. Lingkungan sekolah,
contohnya; kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk.
Koestoer (dalam Mulyadi, 2010:30-40)
mengidentifikasikan kemungkinan sebab kesulitan belajar menjadi empat kategori:
1. Kondisi-kondisi
fisiologis yang permanen, meliputi:
a. Intelegensi yang
terbatas;
Setiap golongan anak mempunyai kemampuan intelegensi
yang berbeda-beda, padahal kemampuan intelegensi tersebut sangat berpengaruh
terhadap belajar anak. Anak yang mempunyai kemampuan intelegensi terbatas,
kurang mampu menguasai konsep-konsep yang abstrak dengan kecepatan sama seperti
teman-temannya yang mempunyai kemampuan integensi lebih tinggi.
b. Hambatan persepsi;
Barangkali seseorang dapat melihat dn mendengar secara
lebih jelas, tetapi ketika perangsang penglihatan dan pendengaran sampai pada
otaknya mengalami gangguanoleh mekanisme penafsiran/persepsi images, sehingga salah penafsiran
informasi yang diperoleh.
c. Hambatan penglihatan
dan pendengaran.
Indera yang terpenting dalam untuk belajar di sekolah
adalah penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan hasil yang penelitian ternyata
dalam kegiatan komunikasi penggunaan panca indera oleh individu menunjukkan
prosentase sebagai berikut:
1) Indera rasa 1 %
2) Indera Peraba 1%
3) Indera pencium 3,5%
4) Indera rungu 11%
5) Indera penglihatan
83%
2. Kondisi-kondisi
fisiologis yang temporer, meliputi:
a. Masalah makanan;
Pada waktu tubuh seseorang bekerja secara efisien maka
diperlukan struktur yang baik seperti mata yang baik, otak yang sehat dan
pengisian bahan bakar atau makanan yang cukup dan bergizi untuk membentuk
tubuh. Anak yang kekurangan vitamin, protein atau kekurangan substansi lain
yang diperlukan, maka dampak negatifnya akan merasa cepat capai, tidak dapat
memusatkan perhatian kegiatan belajar.
b. Kecanduan;
Kecanduan alkohol, ganja dan sejenisnya dapat
menimbulkan ketagihan. Pada mulanya kebiasaan itu kelihatan tidak berbahaya dan
gampang ditinggalkan, tetapi sebelum bahaya itu disadari, kuasa kemauan sudah
hilang sehingga kebiasan itu sudah tidak dapat ditinggalkanlagi. Pada saat
kecanduan, tidak dapat memusatkan perhatian dan sulit memahami konsep-konsep
baru.
c. Kelelahan;
Kondisi fiologis pada umumnya sangat mempengaruhi
prestasi belajar seseorng. Dalam kondisi kelelahan seseorang tidak dapat
menerima pelajaran, bahkan mudah mengantuk, sehingga prestasi belajarnya
rendah.
3. Pengaruh-pengaruh
sosial yang permanen, meliputi:
a. Harapan orang tua
terlalu tinggi, tidak sesuai dengan kemampuan anak;
Setiap orang tua mengharapkan anaknya berhasil dalam
studi. Meskipun kadang-kadang tanpa memperlihatkan kemampuan/taraf intelegensi
anak tersebut. Seorang yang belajar dalam tekanan orang tua, sementara
kemampuannya terbatas berakibat pada perilaku yang menympang bagi anak itu
sendiri.
b. Konflik keluarga
Pada dasarnya, setiap orang ingin hidup bahagia dalam
keluarga mereka. Dalam suasana bahagia, saling mencintai, dan penuh kasih akan
menciptakan rasa tenang, sehingga anak akan tumbuh secara seimbang. Sebaliknya
jika dalam keluarga penuh konflik akan menyebabkan anak mengalami kecemasan dan
akan menimbulkan kesulitan belajar pada anak.
4. Pengaruh-pengaruh
lingkungan sosial yang temporer
a. Ada bagian-bagian
dalam urutan belajar yang belum dipahami;
Murid akan terdorong mempelajarai hal baru, jika telah
memiliki bekal yang merupakan prasyarat bagi pelajaran itu. Jika guru
mengabaikan hal ini bisa menimbulkan kesulitan belajar murid dan murid akan
frustasi terutama mereka yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi
pelajaran.
b. Kurang adanya
motivasi.
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar. Adanya motivasi dapat mendorong belajar sebaliknya
kurang adanya motivasi akan memperlemah semangat belajar.
Sementara itu, menurut Oemar Hamalik (dalam Markus,
2004:25) faktor penghambat dalam belajar dapat di golongkan menjadi empat
macam, yaitu:
1. Faktor-faktor yang
bersumber dari diri anak adalah sebagai berikut:
a. kesehatan yang
terganggu
b. kecakapan mengikuti
pelajaran
c. kebiasaan belajar
d. kurangnya penguasaan
bahasa
2. Faktor-faktor yang bersumber
dari lingkungan sekolah:
a. cara memberikan
pelajaran
b. kurangnya bahan
bacaan
c. bahan pelajaran tidak
sesuai dengan kemampun
d. penyelenggaraan
pengajaran terlalu padat
3. Faktor-faktor yang
bersumber dari lingkungan keluarga:
a. masalah broken home
b. rindu kampung
c. bertamu dan menerima
tamu
d. kurangnya kontrol
orang tua
4. Faktor-faktor yang
bersumber dari lingkungan masyarakat:
a. gangguan dari jenis
kelamin lain
b. bekerja disamping
belajar di sekolah
c. aktif berorganisasi
d. tidak dapat membagi
waktu, rekreasi,dan waktu senggang
e. tidak mempunyai teman
belajar
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa yaitu faktor yang
bersumber dari dalam diri siswa (internal), meliputi: faktor fisiologi dan
faktor psikologi dan faktor yang
bersumber dari luar diri siswa (Eksternal), meliputi: lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan masyarakat.
2.2.2 Kriteria Gejala Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran, sudah menjadi harapan
seorang guru untuk melihat hasil belajar siswa yang maksimal. Karena dengan
hasil belajar tersebut dapat menjadikan patokan seorang guru berhasil atau
tidaknya dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswanya. Namun terkadang,
meskipun guru sudah mengusahakan pembelajaran secara maksimal masih juga ada
siswa yang nilainya di bawah rata-rata. Maka dari pada itu sudah selayaknya
seorang guru mencari tahu dan memecahkan permasalahan siswa tersebut. Berikut beberapa
gejala sebagai indicator adanya kesulitan belajar, antara lain (Djamarah,
2008:246-247):
1. menunjukkan prestasi
belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok anak
di kelas.
2. Hasil belajar yang
tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Anak didik lambat
dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
4. Anak didik
menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti berpura-pura, acuh tak acuh,
berdusta, mudah tersinggung, dan sebagainya.
5. Anak didik
menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada orang
lain.
6. Anak didik yang
tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih
prestasi belajar yang tinggi, tetapi pada kenyataannya mereka mendapatkan
prestasi belajar yang rendah.
7. Anak didik yang selalu
menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran,
tetapi dilain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.
Menurut Markus, 2004 (dalam Damayanti, 2007:17)
ciri-ciri tingkah laku kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
1. menunjukkan hasil
belajar yang rendah.
2. hasil belajar yang
dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Lambat dalam
melakukan kegiatan-kegiatan belajar.
4. Menunjukkan sikaf
yang kurang wajar.
5. Menujukkan tingkah
laku yang berlainan.
6. Menunjukkan gejal emosional
yang kurang wajar.
2.2.3 Langkah-Langkah Mengatasi Kesulitan
Belajar
Menurut Djamarah (2008:250-254) secara garis besar,
langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan
belajar pada anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:
1) Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar
diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan
pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah. Dengan alat pengumpul data.
2) Pengolahan data
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka
pengolahan data adalah sebagai berikut; 1) identifikasi kasus; 2) membandingkan
antar kasus; 3) membandingkan dengan hasil tes; dan 4) menarik kesimpulan.
3) Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan mengenai hasil dari
pengolahan data.
4) Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis
menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan
kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus
diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
5) Treatment
Treatment adalah perlakuan atau pemberian bantuan
kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang
telah disusun pada tahap prognosis.
6) Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment
yang telah diberikan berhasil dengan baik atau tidak.
2.3 Ayat Jurnal Penyesuaian
2.3.1
Pengertian Jurnal
Penyesuaian
Apabila diperhatikan,
saldo akun pada akhir priode belum menunjukkan jumlah saldo yang sesungguhnya (riil). Akun pendapatan dan beban juga
belum menunjukkan jumlah pendapatan dan beban selama priode yang bersangkutan.
Hal itu terjadi karena selama berjalannya waktu telah trjadi perubahan, tetapi
perubahan itu belum dicatat. Saldo akun masih bersifat sementara. Jadi, yang
dimaksud dengan jurnal penyesuaian adalah proses pencatatan perubahan saldo
dalam akun sehingga menunjukkan saldo yang sesungguhnya.
2.3.2
Fungsi Jurnal
Penyesuaian
Fungsi jurnal penyesuaian
adalah sebagai berikut:
a. menetapkan saldo
catatan akun buku besar pada akhir priode hingga sesuai dengan saldo riil.
b. menghitung pendapatan
dan beban selama priode yang bersangkutan.
2.3.3
Akun yang Memerlukan Penyesuaian
a. akun perlengkapan,
karena pemakaian;
b. akun biaya dibayar di
muka, karena waktu telah dijalani;
c. akun aktiva tetap,
karena penyusutan aktiva;
d. akun pendapatan yang
belum diterima, karena ada pendapatan yang sudah menjadi hak/tuntutan
perusahaan tetapi belum diterima;
e. akun beban, karena
ada beban yang belum diperhitungkan atau pembayaran biaya yang belum menjadi
beban;
f. akun pendapatan
diterima di muka, karena berjalan waktu atau telah diserahkannya prestasi pada
pelanggan.
2.4 Kerangka Berfikir
Akuntansi merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran
ekonomi. Akuntansi merupakan bidang ilmu sosial yang syarat akan hitungan,
bersifat abstrak, dan tanpa rumus seperti halnya mata pelajaran hitung lainnya.
Pada prakteknya, siswa banyak mengalami
kesulitan dalam belajar akuntansi khususnya dalam menganalisis transaksi
akuntansi pada materi ayat jurnal penyesuaian. Secara umum kesulitan yang
dialami siswa tersebut dapat bersumber dari dalam diri siswa (internal) atau
pun dari luar diri siswa (eksternal). Dari berbagai sumber kesulitan tersebut
perlu adanya penelitian yang lebih lanjut agar dapat diketahui lebih jelas
penyebab kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi tersebut.
Kemudian setelah diketahui penyebab kesulitan siswa, selanjutnya diteliti apakah
kesulitan siswa tersebut mempunyai hubungan yang positif atau negatif dengan
hasil belajar akuntansi siswa.
Dari uraian di atas, sebagai kerangka berpikir dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Hasil belajar akuntansi
|
Kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi
|
|
METODE PENELITIAN
35
|
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini
yaitu deskriftif korelasional. Menurut Arikunto, 1992 (dalam Tomson, 2009:19)
deskriftif korelasional adalah penelitian yang berusaha memberikan gambaran
informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada
penelitian yang dilakukan. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai
kesulitan yang paling dominan yang dialami oleh siswa dalam menganalisis
transaksi akuntansi pada materi ayat jurnal penyesuaian di SMA Nusantara Kota
Jambi. Kemudian, penelitian ini berusaha mencari hubungan antara faktor
kesulitan tersebut dengan hasil belajar akuntansi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan terhadap siswa kelas XI IS di SMA Nusantara Kota Jambi. Dan akan
dilaksanakan pada bulan Maret s.d April 2012.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut Suryabrata,
2003 (dalam Tomson, 2009:19) variabel adalah suatu gejala yang akan menjadi
objek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2010,61) Variabel bebas merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab atau timbulnya variabel terikat.
Sedangkan, variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Berdasarkan pendapat
di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu faktor
kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi yang dianggap lebih dominan.
Sementara variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar akuntansi
siswa kelas XI IS SMA Nusantara Kota Jambi.
3.4 Subjek Penelitian
3.4.1
Populasi
Menurut Sugiyono
(2010:117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. dalam penelitian
yang menjadi populasi yaitu siswa kelas XI IS SMA Nusantara Kota Jambi.
3.4.2
Sampel
Menurut Sugiyono
(2010:118) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini
sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:134) bahwa apabila subjeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini adalah penelitian
populasi.
3.5 Jenis dan Sumber Data
3.5.1
Jenis Data
Penelitian ini
menggunakan Janis data kuantitatif. Di mana menurut Sugiyono (2011:23) data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Dalam penelitian ini, di katakan
data kuantitatif karena penelitian ini menggunakan angka yaitu nilai yang
diperoleh siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran.
3.5.2
Sumber Data
1. Data primer,
diperoleh siswa kelas XI IS SMA Nusantara Kota Jambi TA 2010/2011 dan 2011/2012
yang menjadi sampel penelitian.
2. Data Skunder,
merupakan data penunjang dalam penelitian ini yang diperoleh dari teori-teori
para ahli yang relevan dengan penelitian.
3.6 Instrumen Penelitian
3.6.1
Angket
Untuk mengetahui
apakah yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis transaksi
akuntansi maka digunakan angket atau kuesioner sebagai alat pengumpul data. Di
mana menurut Sugiyono (2010:199) angket merupakan teknik pengumpul data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk
dijawabnya. Yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu Siswa kelas XII
IS SMA Nusantara Kota Jambi. Sementara itu, seperangkat pertanyaan yang akan
diberikan yaitu berupadaftar pertanyaan yang berhubungan dan diduga penyebab
kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akutansi pada materi ayat jurnal
penyesuaian. Berikut daftar kisi-kisi yang diduga penyebab kesulitan siswa
dalam menganalisis transaksi akuntansi.
Tabel 2 Kisi-kisi angket
Variabel
|
Sub
variabel
|
Indikator
|
Deskriptor
|
Penyebab
kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi
|
Faktor
internal
Faktor
eksternal
|
-
Faktor Fisiologis
-
Lingkungan keluarga
-
Lingkungan sekolah
-
Lingkungan masyarakat
|
-
Intelegensi
-
Motivasi belajar
-
kebiasaan belajar
-
Kecakapan belajar
-
Kemampuan (bahasa, menulis, berhitung)
-
masalah pendengaran dan penglihatan
-
kesehatan mental
-
Broken home
-
Ekonomi Keluarga
-
Konflik keluarga
-
Harapan orang tua terlalu tinggi
-
Cara memberikan pelajaran (guru)
-
Kelengkapan bahan bacaan
-
penyelenggaraan pengajaran terlalu
padat
-
Kondisi dan letak gedung sekolah
-
bahan pelajaran tidak sesuai dengan
kemampuan
-
Aktif berorganisasi
-
Teman sepermainan
-
Kondisi tempat tinggal
|
Hasil
Belajar Ekonomi
|
-
|
-
|
-
|
3.6.2
Dokumentasi
Teknik Pengumpulan
data melalui dokumentasi ini yaitu berupa hasil belajar akuntansi yang dilihat
dari nilai rata-rata ujian kompetnsi dasar pada semester genap TA 2010/2011
yang diberikan oleh guru ekonomi .
3.7 Uji Coba Instrumen
3.7.1
Uji Validitas
Instrumen
Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data itu valid. valid berarti
instrumen tersebut dpat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2010:173). Senada dengan pendapat tersebut Arikunto (2006:168)
menyatakan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu berupa angket. Dalam penelitian
ini akan menggunakan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2006:274) sebagai
berikut:
Keterangan:
rxy : koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
x :
skor pada tiap butir angket
y :
skor total
N :
jumlah sampel
3.7.2
Uji Reliabelitas
Instrumen
Reliabel artinya
dapat dipercaya. Suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik
tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memelih jawaban
tertentu (Arikunto, 2006:178). Dalam penelitian ini untuk mencari reliabelnya
yaitu dengan menggunakan rumus Spearman-Brown (Sugiyono, 2010:185) yaitu:
Keterangan:
r11 : reliabelitas instrumen
rb : korelasi product moment
antara belahan pertama dan kedua.
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1
Uji Normalitas
Uji normalitas
merupakan suatu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah data dari setiap
variabel yang akan dianalisis berdestribusi normal. Dalam penelitian ini, untuk
menguji normalitas data digunakan rumus Chi
Kuadrat (Sugiyono, 2011:107):
keterangan:
x2 : Koefisien Chi Kuadrat
Fo : Frekuensi yang diobservasi
Fh : Frekuensi yang diharapkan
Derajat Kebebasan
(dk) = k-1 dengan taraf signifikan (α) = 0,05 dan ketentuan pengujian apabila X2hitung
< X2tabel.
3.8.2
Uji Homogenitas
Uji homogenitas
merupakan suatu uji yang digunakan untuk menguji varian dua sampel tersebut
homogen atau tidak. Dalam penelitian ini digunakan rumus uji F (Sugiyono,
2008:276), yaitu:
Selanjutnya harga Fhitung
dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk pembilang n1-1
dan penyebut n2-1 pada taraf signifikan 0,05 dengan ketentuan
pengujian bila Fhitung < Ftabel.
3.8.3
Rumus Statistik
Dalam hal ini,
berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor apakah yang
menyebabkan kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi pada materi
ayat jurnal penyesuaian tersebut peneliti menggunakan kuesioner yang disebarkan
kepada responden. setelah data kuesioner terkumpul, maka langkah selanjutnya yaitu
data tersebut ditabulasi dan dianalisis dengan teknik persentase yaitu dengan
rumus:
Keterangan:
∑f(x) = jumlah responden yang memelih
N = jumlah sampel
P = persentase
Selanjutnya, untuk
mengetahui faktor mana yang paling dominan maka angket dianalisis perbutir
soal. Persentase yang lebih besar dari persentase yang lain, berarti menunjukkan
faktor yang paling dominan yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menganalisis
transaksi akuntansi.
Setelah diketahui
faktor yang paling dominan penyebab
kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi , maka selanjutnya yaitu
mengetahui apakah terdapat hubungan antara kesulitan siswa dalam menganalisis
transaksi akuntansi dengan hasil belajar ekonomi digunakan rumus korelasi
product moment (Arikunto, 2006:274)
Keterangan:
rxy : koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
x :
skor pada tiap butir angket
y :
skor total
N :
jumlah sampel
Agar dapat membedakan
kuat rendahnya hubungan kesulitan tersebut dengan hasil belajar dapat diketahui
dengan melihat besar kecilnya angka indeks korelasi (interpretasi koefisien
korelasi) melalui hasil analisis diinterpretasikan pada tabel nilai r Product Moment (Sugiyono, 2010:257):
Tabel 3. Analisis interpretasi koefisien korelasi
Interpretasi
Koefisien
|
Tingkat Hubungan
|
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
|
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
|
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta
Damayanti, Sopia. 2007. Analisis Kesulitan Belajar
Akuntansi pada Materi Neraca Lajur (studi kasus pada SMA PGRI 2 Jambi Kelas XI
IS Tahun Ajaran 2006/2007). Skripsi. Universitas
Jambi. Jambi
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar.
Jakarta. Rineka Cipta
Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta
Handoko, Yulian dkk. 2005. Akuntansi 2: Kurikulum 2004 Kelas 2 SMA. Jakarta. Bumu Aksara
Maas, Markus. Diakses
tanggal 30 September 2011. Faktor-faktor
kesulitan Belajar Akuntansi Siswa IPS SMAK BPK Penabur Sukabumi. http://www.bpkpenabur.or.id/files/hal%20022-049%20Faktor-faktor%20Kesulitan%20Belajar%20Akuntansi%20Siswa%20IPS%20SMAK%20BPK%20PENABUR%20Sukabumi.pdf
Mulyadi. 2010. Diagnosis
Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Nuha
Litera. Jogjakarta
Mulyono. 2007.
Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta. Erlangga
Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan. Edisi 3.
Terjemahan Diana Angelica, Salemba Humanika. Jakarta
Slameto. 2010. Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta
Subini, Nini. 2011. Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak. Jogjakarta. Javalitera
Sugiyono. 2008. Statistik
untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuanitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung. Alfabeta
Sugiyono. 2011. Statistik
untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. Rosda
Tomson, Sahabat. 2009. Kesulitan Belajar Mahasiswa
Terhdap Mata Kuliah Statistik dan Hubungannya dengan Hasil Belajar Mahasiswa
PIPS FKIP Universitas Jambi. Skripsi.
Universitas Jambi. Jambi
Lampiran
KISI-KISI INSTRUMEN
PENELITIAN
Variabel
|
Sub
variabel
|
Indikator
|
Deskriptor
|
Jumlah Item
|
No. Butir
|
Penyebab
kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi
|
Faktor
internal
Faktor
eksternal
|
-
Faktor Fisiologis
-
Lingkungan keluarga
-
Lingkungan sekolah
-
Lingkungan masyarakat
|
-
Intelegensi
-
Motivasi belajar
-
kebiasaan belajar
-
Kecakapan belajar
-
Kemampuan (bahasa, menulis, berhitung)
-
masalah pendengaran dan penglihatan
-
kesehatan mental
-
Broken home
-
Ekonomi Keluarga
-
Konflik keluarga
-
Harapan orang tua terlalu tinggi
-
Cara memberikan pelajaran (guru)
-
Kelengkapan bahan bacaan
-
penyelenggaraan pengajaran terlalu
padat
-
Kondisi dan letak gedung sekolah
-
bahan pelajaran tidak sesuai dengan
kemampuan
-
Aktif berorganisasi
-
Teman sepermainan
-
Kondisi tempat tinggal
|
-
|
-
|
Hasil
Belajar Ekonomi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1 comment:
makasih gan........
infonya.....
Post a Comment