Tuesday, 5 November 2013

Hukum Cinta dan Benci karena Allah


HUKUM CINTA DAN BENCI
KARENA ALLAH

Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan

Judul Asli. 
Penerjemah : Ust. Ade Machnun Saputra

CINTA PADA ALLAH


Ma’na  Wala’
Kajian tentang al-Wala’ wal-Bara’ termasuk dalam tema-tema Aqidah yang penting, maksud dari dua kata itu adalah cinta dan benci karena Allah. Kata Wala’ diambil dari kata “Wali” yang berarti dekat yaitu karena kedekatannya, maksudnya adalah kedekatan antara kaum muslimin di hati mereka, saling mencintai, tolong menolong dengan hati mereka karena Allah. Sebagai mana firman Allah :
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
“Sesungguhnya ummat (pengikut Tauhid) ini adalah ummat yang satu, dan Akulah Tuhanmu maka sembahlah Aku. (Al-Ambiya’:93).
Dan juga sabda Nabi :
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى
“Perumpamaan kaum muslimin dalam rasa kasih sayang adalah ibarat tubuh yang satu, apabila ada bagian tubuh yang sakit maka meradanglah bagain tubuh yang lain sehingga terasa demam dan susah tidur.” (Muttafaq ‘alaih)
Sabdanya juga :
المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا
“Seorang muslim dengan mu’min yang lain adalah ibarat bangunan yang saling menguatkan antara yang satu dengan yang lainnya, kemudian Rasulullah saw menyilangkan antara jari jemarinya” (Muttafaq ‘alaih)
Sabdanya yang lain adalah:
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
“Tidaklah sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencinai dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Berdasarkan penjelasan di atas, kata wala’ bisa difahami sebagai kedekatan hati antara orang-orang yang beriman, dan inilah prinsip dasar konsep wala’, meskipun mereka berjauhan secara fisik. Orang-orang yang beriman di belahan timur dan barat akan saling mencintai meskipun rumah mereka saling berjauhan. Bahkan pada zaman yang berbeda sekalipun, orang-orang mu’min terdahulu dan orang mu’min di akhir zaman yang sekarang mereka tetap saling mencintai satu sama lain.
وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
“Wahai Tuhan kami! Ampunilah kami dan sudara-saudara kami yang telah beriman terlebih dahulu dari kami! Dan janganlah Engkau adakan kedengkian dalam hati kami terhadap orang orang yang beriman! Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun dan Penyayang!” (al-Hasyr:10)
Maka keimananlah yang mengikat antara kaum mu’minin dari generasi awal hingga sekarang, bahkan  sampai pada hari kiyamat kelak. Keimanan jugalah yang mengikat kaum mu’minin di belahan timur maupun di barat dan dimanapun mereka berada karena mereka adalah saudara. Mereka adalah umat yang satu sebagaimana tubuh yang satu dan juga seperti bangunan yang saling menguatkan.
Demikianlah sifat orang mu’min seperti yang dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya.
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman laki laki dan perempuan, mereka satu sama lain saling memimpin. Mereka menyuruh berbuat yang baik, melarang mengerjakan yang salah mereka tetap mengerjakan sembahyang memberi zakat dan mereka patuh pada Allah dan Rasul Nya. Itulah orang –orang yang akan diberikan rahmat oleh Allah sesunguhnya Allah maha perkasa dan Bijaksana (At Taubah: 71)
Pada ayat tersebut Allah telah menjelaskan sifat orang orang yang beriman, sifat itu bertentangan secara diametral dengan sifat orang-orang munafiq. Orang-orang mu’min menjadi auliya’ (penolong) bagi mu’min yang lainnya. Disini kata auliya berasal dari kata walayah yang artinya saling menolong, saling mencintai dan seiya sekata.
Tanda-tanda  Wala’ diantara kaum muslimin.
Adapun tanda adanya perasaan saling mencintai dan konsekwensi saling mencintai sesame mu’min adalah :
Saling mengunjungi; Saling mengunjungi karena Allah diantara dua orang merupakan tanda adanya cinta seperti disebutkan dalam hadist yang shohih.
إنّ رجلا زار أخا له في قرية أخرى فأرصد الله له على مدرجته ملكا فلما أتى عليه قال أين تريد قال أريد أخا لي في هذه القرية قال هل لك عليه من نعمة تربها قال أنى أحببته في الله عز وجل قال فإني رسول الله إليك بأن الله قد أحبك كما أحببته فيه
Sesungguhnya ada orang laki-laki mengunjungi saudaranya seiman di suatu desa yang lain. Maka Allah mengutus seorang malaikat untuk menemuninya di tengah perjalanannya (untuk mengujinya). Ketika malaikat telah sampai kepadanya, maka ia bertanya padanya, “Hendak kemanakah engkau”. Orang itu menjawab, “Saya ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.” Malaikat berkata, “Apakah kamu mendapatkan kenikmatan darinya yang harus kamu pelihara?” Orang itu menjawab, “Tidak, Aku melakukan ini karena aku mencintainya karena Allah.” Akhirnya malaikat itu berkata, “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah kepadamu, untuk menjelaskan bahwa Alllah telah mencintaimu karena kau mencintai saudaramu semuslim karena-Nya”
Bermajlis dengan orang-orang mu’min; Dan diantara tanda-tanda adanya cinta kepada sesama mu’min adalah kesediaan untuk duduk bermajlis dengan orang-orang mu’min dan menghadiri perkumpulan kaum muslimin, karena mereka adalah satu jama’ah. Allah ta’ala berfirman
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
“bersabarlah atas dirimu bersama orang orang yang menyeru pada tuhan mereka dari pagi maupun malam hari mereka menginginkan bertemu dengan Allah.” (al-Kahfi:28)
Amar ma’ruf dan nahi mungkar; Dan diantara tuntutan adanya kecintaan adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Seorang muslim yang memerintahkan saudaranya untuk berbuat ma’ruf, yaitu dia mengerjakan setiap kebaikan dan ketaatan. Karena didalamnya terkandung manfaat, baik cepat atau lambat. Sebagaimana melarang kemungkaran: yaitu  kema’siatan dan penyimpangan karena didalam kemungkaran itu terdapat bahaya. Dalam memberikan sifat terhadap orang orang mu’min Allah berfirman:
يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ
“ Mereka memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang kemungkaran mendirikan sholat, meninaikan zakat dan ta’at pada Allah dan rasulnya” (QS. At-taubah:71).
Itulah beberapa tanda keimanan dan kecintaan pada Allah.


BAB II
CIRI-CIRI BENCI KARENA ALLAH


Tidak memberikan loyalitas kepada Yahudi dan Nasrani; Sebagaimana Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mu’min untuk saling mencintai diantara mereka, Allah melarang mereka musuh-musuh Allah. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian jadikan kaum yahudi dan nasrani sebagai pemimpin di antara kalian, barang siapa yang mengangkat mereka sebagai pemimpin, maka sesunggunya dia termasuk dari golongan mereka, sesungguhnya Allah tidak memberikan hidayah kepada orang yang dzalim (Al-Maidah:51).
Allah melarang orang mu’min memberikan wala’ (loyalitas)nya kepada kaum yahudi dan nasrani, hal ini adanya kecintaan pada mereka didalam hati mencakup menolong mereka dalam menghadapi orang-orang mereka membela dan menganggap baik apa yang ada pada mereka, termasuk juga memuji dan ta’jub pada mereka, dimana kesemunya termasuk loyal pada mereka, maka sesungguhnya orang yang mencintai mereka, ini semua didalam hati  berarti telah loyal pada mereka dan ia masuk kedalam golongan mereka, Allah berfirman:
وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang loyal kepada mereka, sesungguhnya dia termasuk kedalamya. (Al-Maidah :51).
Demikian juga firmanNya dalam ayat yang lain
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ وَمَن يَتَوَلَّ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ فَإِنَّ حِزْبَ اللّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
Sesungguhnya pemimpin kalian adalah Allah dan Rasul-Nya. Dan orang-orang yang beriman, yang menegakkan shalat, membayar zakat sedang mereka ruku’ Dan baangsiapa yang berwalikan Allah dan Rasul-Nya, serta orang-orang yang beriman, maka sesungguhnya partai Allah itulah mereka yang menang (Al-maidah:55-56)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاء تُلْقُونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءكُم مِّنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَن تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِن كُنتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَاداً فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاء مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنتُمْ وَمَن يَفْعَلْهُ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاء السَّبِيلِ
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian jadikan musuh-musuhku dan musuh kalian sebagai teman setia, yang kalian berikan (berita rahasia) kepada mereka karena rasa kasih sayang kepada mereka. Mereka telah kafir terhadap kebenaran yang datang kepada kalian. Mereka telah mengusir Rasul dan juga mengusir kalian karena kalian beriman kepada Allah, Tuhan kalian. Jika kalian benar-benar keluar berjihad di jalan-Ku dan mengharapkan ridla-Ku (janganlah kalian berbuat demikian). Kalian berikan berita rahasia kepada mereka karena rasa kasih saying, Aku mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan yang kalian nyatakan. Dan barangsiapa di antara kalian yang melakukannya maka ia telah tersesat dari jalan yang lurus (Mumtahanah:1)

Tidak memberikan loyalitas kepada musuh Allah meskipun dia termasuk kaum kerabat; Allah melarang hambanya yang beriman untuk  loyal pada musuh Allah meskipun mereka memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat dari kaum kerabat.
لَا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُوْلَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Tidak akan kamu dapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih saying dengan orang yang memusihi Allah dan Rasul-Nya meskipun mereka itu ayah mereka, anak-anak mereka, saudara mereka, atau kerabat mereka. Mereka itu orang-orang yang telah ditetapkan iman di dalam hatinya dan dikuatkan dengan ruh dari-Nya, dan akan diasukkan ke sorga yang mengalir di bawahnya sunga-sungai. Mereka kekal di dalamnya, Allah meridlai mereka dan mereka pun ridla kepada Allah. Mereka itulah hizbullah (golongan Allah), ketahuilah bahwa hizbullah adalah orang-orang yang beruntung (Al-Mujadalah: 22)
Orang yang beriman itu membenci musuh Allah, karena ia berwali pada Allah maka iapun membenci musuh Allah meskipun dari orang yang paling dekat sekalipun, seperti ayah atau anak-anak mereka, kaumkerabatnya. Sesungguhnya Allah telah memberikan peringatan melalui kekasihnya Ibrahim tatkala berbebas diri dari ayahandanya agar menjadi contoh bagi kita.
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآء مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَداً حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
Telah ada suri teladan yang baik di dalam diri nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya ketika mereka mengatakan kepada kaum mereka, sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain dari Allah. Kami ingkari kalian dan telah tampak antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kalian beriman keada Allah semata(Al-Mumtahanah 4)
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (113) وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ (114)
Tidak pantas bagi nabi dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampun bagi orang musyrik meskipun mereka itu memiliki hubungan kerabat, setelah nyata bagi mereka bahwasannya mereka adalah penghuni neraka. Dan permohonan ampun Nabi Ibrahim bagi ayahnya tidak lain adalah karena janji yang telah dibuatnya kepada ayahnya. Maka ketika telah jelas bagi Ibrahim bahwasannya ayahnya termasuk musuh Allah, ia pun berlepas diri dari ayahnya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun (At-Taubah:113-114).
Disebutkan dalam surat maryam tatkala nabi Ibrahim menyeru ayahnya untuk bertauhid pada Allah yang maha Agung & meninggalkan penyembahan berhala dan Ibrahim ayahnya berpendapat bahwa ayahnya telah menempuh jalan kekufuran pada Allah dan menyembah pada berhala , tetapi ayahnya tidak mau menerima seruan Ibrahim. Lalu Ibrahim berkata sebagaimana diucapkan pada
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي
Dan aku akan menjauhkan diri dari kalian dan apa yang kalian seru selain dari Allah, sedangkan aku menyeru Tuhan-Ku (Maryam:48)
Dia menjauhkan  diri dari kaumnya dan dari berhala yang mereka sembah, demikianlah sikap orang yang beriman dan bertauhid, ia berwali dengan para mu’minin kepada Allah meskipun mereka berjauhan nasab, tempat ataupun waktu. Maka orang yg beriman itu bersaudara yg dilihat oleh persaudaraan seiman, saudara karena Allah selamanya atas keyakinan ini.
Dan orang yang beriman merupakan musuh bagi kaum kafir, karena mereka adalah musuh Allah meskipun mereka dari kerabat dekat. Selama mereka menjdi musuh Allah maka mereka adalah musuk kita.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالَّذِينَ آوَواْ وَّنَصَرُواْ أُوْلَـئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يُهَاجِرُواْ مَا لَكُم مِّن وَلاَيَتِهِم مِّن شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُواْ وَإِنِ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلاَّ عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُم مِّيثَاقٌ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (72) وَالَّذينَ كَفَرُواْ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ (73)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah, dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada muhajirin) mereka itu satu dengan yang lainnya saling melindungi. Dan orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah maka tidak ada kewajiban sedikitpun bagi kalian untuk melindungi mereka sehingga mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dan orang-orang kafir, satu dengan yang lain saling melindungi, jika kalian tidak melakukan apa yang telah diperintahkan oleh Allah itu niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (al-Anfal:72-73)
Dan kata (   إِلاَّ تَفْعَلُوهُ   ) artinya jika kalian tidak menjadikan orang-orang mu’min sebagai wali (penolong dan pelindung) dan tidak pula menjadikan orang-orang kafir sebagai musuh, maka akan terjadi fitnah diatas bumi. Ungkapan ini di antaranya bisa dimaknai akan terjadi percampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan sungguh orang-orang kafir akan bercampur dengan kaum muslimin sehingga akan muncul fitnah dalam bidang aqidah. Orang-orang muslim dan mu’min akan terpengaruh oleh aqidah orang kafir.
Inilah fitnah dan kerusakan yang besar, apabila pemisah antara mu’min dengan orang kafir telah hilang, maka terjadi campur aduk antara orang kafir dan orang mu’min, lalu muncul berbagai kerusakan lainnya. Cinta dan benci tersebut hanya terjalin atas dasar iman dan kafir, tiada atas dasar yang lainnya.

CINTA DAN BENCI BUKAN ATAS DASAR KEDUNIAAN

Mencintai seseorang karena mengharapkan keuntungan dunia tanpa memandang pada agamanya atau membencinya karena keuntungan dunia tidak bisa diharapkan darinya, bukan karena kema’siatannya, maka ini termasuk ciri kemunafikan.
Dan hal ini menunjukkan kedangkalan imannya, Abdullah bin abbas pernah berkata (telah terjadi kebanyakan (umumnya) persaudaraan manusia dibangun atas dasar kepentingan dunia. Dan hal itu tidak akan bermanfaat sedikitpun bagi pelakunya. Dengan kata lain, bahwa sesungguhnya hal ini tidak berguna disisi Allah bahkan membahayakan. Karena itu seorang mu’min dilarang  membenci saudaranya seiman jika diantara keduanya kesalah pahaman atau perselisihan. Juga tidak dibolehkan membencinya dan meninggalkannya hanya karena alasan itu. Sebagaimana sabdanya rasulullah
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ
“tidak dihalalkan bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari”.
Maka tidak boleh saling mendiamkan diantara kaum muslimin. Sebaik-baik permusuhan dan perselisihan adalah yang diputuskan dengan syari’at Allah. Sehingga dengan demikian kecintaan hati dan iman menjadi langgeng, tidak dapat disingkirkan oleh sifat tamak terhadap dunia.

CINTA PADA ALLAH DAN RASULNYA TANPA MEMBUAT BID’AH DAN KHUROFAT
Ada orang yang mengaku bahwa dia mencintai Rasulullah  namun sebenarnya dia berbuat bid’ah dan khurofat dan berpendapat bahwa perbuatannya disenangi oleh Rasulullah. Sebagai contoh, adanya bid’ahnya merayakan tahun kelahiran Nabi, mereka mengatakan bahwa ini dapat membuat kecintaan pada Nabi, barangsiapa yang tidak merayakannya maka dia tidak disenangi oleh Rasulallah.
Demikian tadi adalah buah pemikiran yang keliru, bahkan hal ini menjadikan permusuhan kepada Nabi disebabkan Nabi melarang bid’ah. Sebagaimana dia bersabda:
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
“Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang bukan dari perintahku, maka perbuatan itu tertolak” (
Demikianlah, dia membuat bid’ah kemudian berteriak,Meskipun dia cinta pada Rasul, namun sebenarnya dia tidak mentaatinya, dan seharusnya meninggalkan bid’ah dan khurofat. Karena Rasulullah melarang perbuatan itu. Sebagaimana diakatakan dalam sebuah hadits:

“ Hindarilah oleh kalian perkara perkara baru yang merusak, karena perkara baru itu bid’ah dan setiap dari bid’ah adalah sesat.
Ada diantara manusia ada yang menganggap dirinya cinta pada wali-wali Allah,  namun mereka menafsirkan hal itu dengan menjadikan selain Allah, Rabb. Artinya mereka mendatangi kuburan kuburan, bernadzar dan mengelilingi kuburannya, seraya berkata “ Saya mencintai wali Allah”, “Inilah contoh perbuatan yang  dicintai Allah. Maka kita katakan padanya : kamu berdusta, ini termasuk yang  yang dibenci para wali Allah. Disebabkan para wali Allah itu tidak redho dengan perbuatan tersebut.maka barang siapa yang rela dengan pebuatan tersebut atau mengajak manusia unutk hal ini, maka dia adalah musuh Allah dan bukan pelindungnya.
وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاء وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ (الأحقاف 6)
Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sesembahan-sesembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka” (al-Ahqaf:6)
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعاً ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ أَهَؤُلَاء إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ {40} قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنتَ وَلِيُّنَا مِن دُونِهِم بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُم بِهِم مُّؤْمِنُونَ {41}
Dan pada hari ketika Allah mengumpulkan mereka semua, kemudian Allah berfirman kepada para malaikat, “Apakah mereka itu dahulu menyembah kalian?” Para malaikat menjawab, “Maha Suci Engkau, Engkaulah pelindung kami, bukan mereka, tetapi mereka telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada para jin itu” (saba’:40-41)

TANDA CINTA PADA ALLAH DAN BUAHNYA
Tatkala kaum yahudi mengaku cinta pada Allah mereka berkata: “Sesungguhnya kami mencintai Allah swt”, maka kemudian Allah menguji mereka, sebagaimana firman-Nya :
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
Katakanlah, Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha pengampun lagi maha penyayang. Katakanlah taatlah kepada Allah dan Rasulullah, maka jika kalian berpaling maka sesungguhnya Allah tidak mencintai orangorang kafir (Ali Imran: 31-32).
Berdasarkan ayat tersebut di atas, tanda cinta pada Allah adalah mengikuti rasulnya, sedangkan ciri benci kepada-Nya adalah menyelisihi Rasul-Nya. Inilah tanda yang membedakannya.
Allah menyebutkan tanda cinta dan buah dari kecintaan kepada-Nya. Tanda cinta kepada Allah adalah mengikuti tuntunan Rasulullah. Sedangkan hasilnya sebagaimana firman Allah, “Allah akan mengcintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian” (Ali-Imran:31).
Kemudian Allah menerangkan tanda kebencian Allah pada hamba, “maka jika mereka berpaling” dari ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, ini menunjukkan sikap membenci Allah dan Rasul-Nya “maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.
Cinta karena Allah dan benci karena-Nya bukan sekedar slogan, tetapi adalah hakekat yang membutuhkan adanya bukti.

No comments: