kisahmuallaf.com
– Sam Needham pertama kali tahu tentang Islam saat menyaksikan film Malcolm X, Nation
of Islam.
Dan ketertarikannya pada agama Allah
Subhanahu Wa Ta’ala itu kian menguat, saat ia berusia 15 tahun. Ia tak
habis pikir, bagaimana mungkin Malcom X—sosok yang dianggapnya sebagai preman
kelas rendah—bisa berubah drastis dan menjadi duta kebebasan dan spiritualitas.
“Walau demikian, saya masih senang
mengejar kenikmatan duniawi. Mabuk-mabukan dan main perempuan merupakan
prioritas hidup saya, sebagaimana orang lain juga,” kenang Needham.
Walau dididik dengan baik oleh kedua
orang tuanya, Needham tidak mampu menahan godaan di sekitarnya. Sebagai seorang
anak dari keluarga miskin, ia pun mulai mencuri untuk melampiaskan nafsu
syahwatnya. “Saya tidak peduli dengan diri sendiri, tak peduli dengan pacar
saya. Bahkan parahnya, saya tak peduli lagi dengan kedua orang tua saya,”
tuturnya.
Saat-saat itu merupakan episode
paling kelam dalam sejarah hidup Needham. Ia telah menempuh jalan yang salah
dan merusak akibat egonya yang begitu besar. Dan kehidupannya mulai berubah
lebih baik saat sebuah keluarga Muslim mau bergaul dengannya dan mengajaknya
untuk tinggal bersama mereka.
“Nyonya rumah dan ibunya mengajarkan
saya banyak hal tentang Islam, di mana saya harus menghormati orang tua dan
diri sendiri. Saya juga dianjurkan makan makanan halal dan tidak menenggak
racun. Mereka mengajarkan saya untuk berbuat baik, beramal saleh dan rendah
hati,” papar Needham.
Menurut Needham, nasehat-nasehat
mereka ada benarnya. Ia pun merasa bahagia untuk sementara waktu. Saat itu,
umurnya sekitar 19 tahun. Sayangnya, si tuan rumah alias suami nyonya rumah
bukanlah seorang Muslim yang baik. Pekerjaannya; mencuri dan dan mengedarkan
narkoba. Needham pun terpaksa mengikuti ulah lelaki itu, walau kadang
bertentangan dengan hati nuraninya.
Dan setelah berpisah dengan keluarga
Muslim tersebut, Needham merasa telah berubah, baik secara moral maupun
spiritual. “Saya mulai percaya pada Tuhan, hanya akan makan yang halal, dan
menghormati orang tua saya,” ujarnya. “Saya juga jadi sosok yang pemurah,
rendah hati, dan tak lagi mencuri. Tapi, saya belum menjadi Muslim.”
Sebagai pemuda yang suka begadang,
Needham merasa berat dan mustahil untuk bisa bangun shalat Subuh. Ini salah
satu alasannya belum mau menerima Islam. Ia juga tak yakin akan dapat
melafalkan doa-doa shalat yang kebanyakan menggunakan bahasa Arab.
“Yang paling berat, saya masih tak
sanggup meninggalkan alkohol dan perempuan. Apalagi saya belum yakin betul mana
agama yang benar. Saya punya beberapa kawan beragama Hindu, dan mereka adalah orang-orang baik. Tapi, paling tidak ini
sebuah langkah awal,” kata dia.
Selama 16 tahun berikutnya, Needham
giat bekerja dan belajar demi mengangkat harkat dan martabatnya secara bertahap
di masyarakat.
Ia pun mendapat gelar sarjana di
bidang animasi dan menjadi seorang animator/ilustrator sukses. “Saya menikahi
seorang wanita yang luar biasa dan menjadi ayah dua orang anak,” tuturnya.
Selama kurun waktu itu, Needham
bertemu dengan sejumlah Muslim Inggris
dan merasakan kedekatan dengan mereka. Ia menghormati mereka karena sikap dan
perilaku mereka yang baik.
Pada tahun 2010, Needham dan
teman-teman Muslim-nya sempat berkunjung ke Turki. Di negara inilah, matanya
terbuka untuk melihat secara jernih keindahan Islam. “Muslim Turki sangat
mengutamakan keluarga mereka, ramah, dan tidak materialistik,” puji Needham.
Menjelang Agustus 2011, saat bulan
Ramadhan, Needham dan keluarganya berlibur ke Luxor, Mesir. Ia dan istrinya
tercengang oleh keramahtamahan Muslim Mesir.
Walau hidup dalam kemiskinan, kata
Needham, mereka sangat baik dan ramah. “Di tengah teriknya sengatan matahari,
mereka tetap semangat berpuasa. Mereka juga memperlakukan anak-anak dengan
baik, dan menjamu kami dengan keramahan yang luar biasa.”
Dalam penilaian Needham, Muslim
Mesir adalah orang-orang yang menjadikan amal saleh dan ukhuwah sebagai
prioritas ketimbang harta benda dan kekayaan. Keluarganya pun disambut ramah
oleh seorang pemilik kereta kuda yang miskin.
“Kami diajak ke rumahnya. Keluarga
itu menjamu kami dengan makanan terbaik bak pesta. Setiap sore, kami juga
diundang makan malam oleh orang-orang di pinggir jalan yang menyambut orang
asing untuk turut berbuka puasa bersama mereka,” tutur Needham.
Saat itu, Needham dan keluarganya
seolah diperlihatkan kembali bagaimana keindahan Islam, ilmu Islam, dan
kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dia pun semakin
kagum dengan dasar-dasar iman dalam Islam, terutama shalat lima waktu.
Shalat lima waktu, kata Needham,
merupakan bentuk pengabdian seorang Muslim untuk merendahkan diri di hadapan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai pengingat bahwa mereka fana dan ikhlas
menaati Zat yang Mahatinggi.
Sedangkan puasa, dalam pandangan
Needham, merupakan pengingat bahwa seorang Muslim harus memerhatikan saudaranya
yang kurang beruntung.
Dengan demikian, seorang beriman
akan lebih bersyukur atas anugerah Tuhan yang diterima. “Bagaimana umat Muslim
mengikuti contoh dan teladan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
memang sangat mengagumkan,” kata dia.
Hal-hal yang semula membuatnya
menjauhi agama berdasarkan “kacamata Barat”, kini masuk akal baginya. Ketika
kembali dari Mesir, Needham masih belum menemukan kedamaian. Ia ingin masuk
Islam, tapi masih enggan jika istrinya tidak bersyadahat bersamanya.
Needham kemudian membaca tentang
hasil penelitian ilmiah di seluruh dunia yang berhasil dilakukan berdasarkan
deskripsi Al-Quran. Seperti deskripsi tahap pengembangan janin dalam rahim, di
mana hal ini tidak diketahui orang pada 1500 tahun yang lalu. “Ini adalah bukti
nyata bahwa Alquran adalah firman Allah, bukan karangan manusia,” tegasnya.
Tahu bahwa Al-Quran juga membeberkan
sejumlah fenomena sains yang dapat dibuktikan secara ilmiah, Needham pun
memutuskan untuk bersyahadat. Ia juga terus berdoa semoga istrinya segera
mendapatkan hidayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala .
Needham yang semula takut dengan
doa-doa dan bacaaan shalat yang menggunakan bahasa Arab, kini dengan mudah
dapat melafalkannya. Tak sampai satu bulan, ia telah fasih melafalkan bacaan
shalat dan beberapa ayat Al-Quran.
Kini, Needham merasa begitu damai
dapat mengenal dan dekat dengan Allah. “Meskipun istri saya belum masuk Islam
dan bertobat, dia percaya bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu baik. Dan
ia sangat mendukung pilihan saya untuk membesarkan anak-anak sebagai Muslim,”
pungkasnya.
No comments:
Post a Comment