Monday 23 July 2012

Sam Needham, Agnostik yang Menemukan Allah



kisahmuallaf.com – Sam Needham pertama kali tahu tentang Islam saat menyaksikan film Malcolm X, Nation of Islam.
Dan ketertarikannya pada agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu kian menguat, saat ia berusia 15 tahun. Ia tak habis pikir, bagaimana mungkin Malcom X—sosok yang dianggapnya sebagai preman kelas rendah—bisa berubah drastis dan menjadi duta kebebasan dan spiritualitas.
“Walau demikian, saya masih senang mengejar kenikmatan duniawi. Mabuk-mabukan dan main perempuan merupakan prioritas hidup saya, sebagaimana orang lain juga,” kenang Needham.
Walau dididik dengan baik oleh kedua orang tuanya, Needham tidak mampu menahan godaan di sekitarnya. Sebagai seorang anak dari keluarga miskin, ia pun mulai mencuri untuk melampiaskan nafsu syahwatnya. “Saya tidak peduli dengan diri sendiri, tak peduli dengan pacar saya. Bahkan parahnya, saya tak peduli lagi dengan kedua orang tua saya,” tuturnya.
Saat-saat itu merupakan episode paling kelam dalam sejarah hidup Needham. Ia telah menempuh jalan yang salah dan merusak akibat egonya yang begitu besar. Dan kehidupannya mulai berubah lebih baik saat sebuah keluarga Muslim mau bergaul dengannya dan mengajaknya untuk tinggal bersama mereka.
“Nyonya rumah dan ibunya mengajarkan saya banyak hal tentang Islam, di mana saya harus menghormati orang tua dan diri sendiri. Saya juga dianjurkan makan makanan halal dan tidak menenggak racun. Mereka mengajarkan saya untuk berbuat baik, beramal saleh dan rendah hati,” papar Needham.
Menurut Needham, nasehat-nasehat mereka ada benarnya. Ia pun merasa bahagia untuk sementara waktu. Saat itu, umurnya sekitar 19 tahun. Sayangnya, si tuan rumah alias suami nyonya rumah bukanlah seorang Muslim yang baik. Pekerjaannya; mencuri dan dan mengedarkan narkoba. Needham pun terpaksa mengikuti ulah lelaki itu, walau kadang bertentangan dengan hati nuraninya.
Dan setelah berpisah dengan keluarga Muslim tersebut, Needham merasa telah berubah, baik secara moral maupun spiritual. “Saya mulai percaya pada Tuhan, hanya akan makan yang halal, dan menghormati orang tua saya,” ujarnya. “Saya juga jadi sosok yang pemurah, rendah hati, dan tak lagi mencuri. Tapi, saya belum menjadi Muslim.”
Sebagai pemuda yang suka begadang, Needham merasa berat dan mustahil untuk bisa bangun shalat Subuh. Ini salah satu alasannya belum mau menerima Islam. Ia juga tak yakin akan dapat melafalkan doa-doa shalat yang kebanyakan menggunakan bahasa Arab.
“Yang paling berat, saya masih tak sanggup meninggalkan alkohol dan perempuan. Apalagi saya belum yakin betul mana agama yang benar. Saya punya beberapa kawan beragama Hindu, dan mereka adalah orang-orang baik. Tapi, paling tidak ini sebuah langkah awal,” kata dia.
Selama 16 tahun berikutnya, Needham giat bekerja dan belajar demi mengangkat harkat dan martabatnya secara bertahap di masyarakat.
Ia pun mendapat gelar sarjana di bidang animasi dan menjadi seorang animator/ilustrator sukses. “Saya menikahi seorang wanita yang luar biasa dan menjadi ayah dua orang anak,” tuturnya.
Selama kurun waktu itu, Needham bertemu dengan sejumlah Muslim Inggris dan merasakan kedekatan dengan mereka. Ia menghormati mereka karena sikap dan perilaku mereka yang baik.
Pada tahun 2010, Needham dan teman-teman Muslim-nya sempat berkunjung ke Turki. Di negara inilah, matanya terbuka untuk melihat secara jernih keindahan Islam. “Muslim Turki sangat mengutamakan keluarga mereka, ramah, dan tidak materialistik,” puji Needham.
Menjelang Agustus 2011, saat bulan Ramadhan, Needham dan keluarganya berlibur ke Luxor, Mesir. Ia dan istrinya tercengang oleh keramahtamahan Muslim Mesir.
Walau hidup dalam kemiskinan, kata Needham, mereka sangat baik dan ramah. “Di tengah teriknya sengatan matahari, mereka tetap semangat berpuasa. Mereka juga memperlakukan anak-anak dengan baik, dan menjamu kami dengan keramahan yang luar biasa.”
Dalam penilaian Needham, Muslim Mesir adalah orang-orang yang menjadikan amal saleh dan ukhuwah sebagai prioritas ketimbang harta benda dan kekayaan. Keluarganya pun disambut ramah oleh seorang pemilik kereta kuda yang miskin.
“Kami diajak ke rumahnya. Keluarga itu menjamu kami dengan makanan terbaik bak pesta. Setiap sore, kami juga diundang makan malam oleh orang-orang di pinggir jalan yang menyambut orang asing untuk turut berbuka puasa bersama mereka,” tutur Needham.
Saat itu, Needham dan keluarganya seolah diperlihatkan kembali bagaimana keindahan Islam, ilmu Islam, dan kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dia pun semakin kagum dengan dasar-dasar iman dalam Islam, terutama shalat lima waktu.
Shalat lima waktu, kata Needham, merupakan bentuk pengabdian seorang Muslim untuk merendahkan diri di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai pengingat bahwa mereka fana dan ikhlas menaati Zat yang Mahatinggi.
Sedangkan puasa, dalam pandangan Needham, merupakan pengingat bahwa seorang Muslim harus memerhatikan saudaranya yang kurang beruntung.
Dengan demikian, seorang beriman akan lebih bersyukur atas anugerah Tuhan yang diterima. “Bagaimana umat Muslim mengikuti contoh dan teladan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, memang sangat mengagumkan,” kata dia.
Hal-hal yang semula membuatnya menjauhi agama berdasarkan “kacamata Barat”, kini masuk akal baginya. Ketika kembali dari Mesir, Needham masih belum menemukan kedamaian. Ia ingin masuk Islam, tapi masih enggan jika istrinya tidak bersyadahat bersamanya.
Needham kemudian membaca tentang hasil penelitian ilmiah di seluruh dunia yang berhasil dilakukan berdasarkan deskripsi Al-Quran. Seperti deskripsi tahap pengembangan janin dalam rahim, di mana hal ini tidak diketahui orang pada 1500 tahun yang lalu. “Ini adalah bukti nyata bahwa Alquran adalah firman Allah, bukan karangan manusia,” tegasnya.
Tahu bahwa Al-Quran juga membeberkan sejumlah fenomena sains yang dapat dibuktikan secara ilmiah, Needham pun memutuskan untuk bersyahadat. Ia juga terus berdoa semoga istrinya segera mendapatkan hidayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala .
Needham yang semula takut dengan doa-doa dan bacaaan shalat yang menggunakan bahasa Arab, kini dengan mudah dapat melafalkannya. Tak sampai satu bulan, ia telah fasih melafalkan bacaan shalat dan beberapa ayat Al-Quran.
Kini, Needham merasa begitu damai dapat mengenal dan dekat dengan Allah. “Meskipun istri saya belum masuk Islam dan bertobat, dia percaya bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu baik. Dan ia sangat mendukung pilihan saya untuk membesarkan anak-anak sebagai Muslim,” pungkasnya.

No comments: