Thursday 24 May 2012

PENYEBAB KESULITAN SISWA DALAM MENGANALISIS TRANSAKSI AKUNTANSI (studi pada materi AJP di SMA Nusantara Kota Jambi)



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Selain itu, pendidikan ialah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Dewasa ini masalah pendidikan merupakan salah satu masalah yang menjadi sorotan dari berbagai pihak baik dari masyarakat, Departemen Pendidikan maupun Departemen lainnya. Perhatian tersebut sudah selayaknya, karena sektor pendidikan merupakan sektor yang paling dominan dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, yang merupakan obyek sekaligus subyek dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting dalam pembangunan maka tidak salah jika pemerintah mengusahakan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari tingkat yang paling rendah maupun sampai ke tingkat perguruan tinggi.
1
Kita semua mengetahui bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan sosial, dalam dunia pendidikan saat ini kita dihadapkan pada masalah yang lebih kompleks di mana sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan zaman yang akan dapat bertahan. Pada kenyataannya semua bidang keilmuan  maupun sektor  kehidupan kita selalu dihadapkan pada masalah yang memerlukan pemikiran dan tindakan sebagai pemecahannya. Dan guru memegang peranan penting dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi pendidikan tersebut. Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang langsung berhubungan dengan siswa baik objek belajar maupun subjek belajar.
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010:2). Belajar membawa perubahan bagi mereka yang melakukan belajar tersebut. Perubahan tingkah laku bukan hanya menyangkut pengetahuan saja akan tetapi lebih dari pada itu yaitu perubahan kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, dan lain-lain yang berhubungan dengan pribadi seseorang. Pada prakteknya pelaksanaan belajar tidak selalu lancar dan berhasil dengan baik. Terkadang dalam proses belajar yang tidak lancar itu diakibatkan karena adanya hambatan atau kesulitan siswa dalam belajar. Secara umum kesulitan belajar yang dihadapi siswa bukan hanya pada mata pelajaran yang bersifat alamiah saja akan tetapi lebih dari pada itu. Mata pelajaran yang bersifat sosial pun terkadang mendatangkan kesulitan bagi siswa, apalagi apa yang dipelajari tersebut bersifat abstrak atau belum pernah dialami langsung oleh siswa tersebut seperti mata pelajaran ekonomi khususnya pada pokok bahasan akuntansi.
Berdasarkan pengamatan penulis. Pada prakteknya, di SMA Nusantara Kota Jambi mata pelajaran ekonomi dibagi menjadi 2 pembahasan yaitu 1) pembahasan mengenai permasalahan ekonomi dan 2) pembahasan mengenai permasalahan akuntasi. Pembahasan ekonomi dibahas pada semester I untuk kelas XI dan semester II untuk kelas XII sementara itu pada pembahasan akuntansi dibahas pada semester II untuk kelas XI dan semester I untuk kelas XII. Dalam kegiatan pembelajaran kedua pembahasan tersebut diajarkan oleh seorang guru yang mempunyai latar pendidikan Strata I (S1) Pendidikan Ekonomi.  Berbeda dengan apa yang dibahas dalam pembahasan ekonomi, pembahasan akuntansi dirasakan lebih sulit oleh siswa. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa pada saat belajar akuntansi (Tabel 1).
Menurut Simamora (2002:8) Akuntansi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang proses pengukuran aktivitas ekonomi dalam satuan uang dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Senada dengan pendapat tersebut, American Accounting Association (AAA) (dalam Handoko dkk, 2005:3) juga merumuskan bahwa akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi dalam sebuah perusahaan sehingga dimungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan bagi mereka yang menggunakan informasi. Selain itu, American Institute of Certifiet Publik Accountang (AICPA) mengemukakan bahwa akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokkan, dan pengikhtisaran menurut cara yag berarti dan dinyatakan dalam nilai uang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang proses pencatatan, pengidentifikasian, pengelompokkan, mengukur, pengikhtisaran, dan setelah itu dilakukan pelaporan informasi dan mengkomunikasikannya kepada pihak yang berkepentingan.
Dalam kehidupan sehari-hari penerapan akuntansi memiliki peranan yang sangat penting. Tidak hanya digunakan untuk kepentingan bisnis. Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari pun memerlukan akuntansi sebagai dasar perhitungan yang efektif. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran akuntansi tersebut diperlukan pemahaman yang cukup pula dari peserta didik. Pada proses pembelajaran, akuntansi sarat akan hitungan. Sementara apa yang dihitung itu sendiri merupakan sesuatu yang abstrak dan dalam jumlah yang besar. Sehingga apa yang telah dijelaskan oleh guru sulit dipahami oleh siswa.
Hasil pengamatan penulis pada saat Praktek Kerja Lapangan sejak tanggal 1 April sampai dengan 30 Mei 2011 menunjukkan bahwa masih sulitnya siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi yang ditunjukkan dengan hasil belajar yang dicapai masih dibawah rata-rata, lambatnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan terkadang siswa acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan sehingga dalam proses penyusunan ayat jurnal penyesuaian dan kertas kerja masih banyak mengalami kesalahan, dan berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai.
Tabel 1. Rata-rata hasil belajar siswa kelas XI IS SMA Nusantara Kota Jambi
NO
KELAS
JUMLAH SISWA
NILAI RATA-RATA
KKM
1
XI IS I
37 siswa
66,74
70,00
2
XI IS 2
35 siswa
66,64
70,00
Sumber: Data dari guru mata pelajaran ekonomi SMA Nusantara TA 2010/2011
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya hasil belajar akuntansi siswa yang dibuktikan dengan rendahnya nilai rata-rata siswa dibandingkan dengan Keriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 70,00. Kelas XI IS I dengan jumlah 37 siswa memperoleh nilai rata-rata 66,74 sementara itu kelas XI IS 2 memperoleh nilai rata-rata 66,64. Hal ini dapat disebabkan karena adanya gangguan atau kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. salah satu kesulitan yang banyak ditemui oleh siswa yaitu pada saat menganalisis transaksi akuntansi khususnya pada materi Ayat Jurnal Penyesuaian.
Sejalan dengan itu, hasil wawancara dengan Sabrina dan Yudi (siswa SMA Nusantara) pada tanggal 21 September 2011 mengatakan bahwa pokok bahasan akuntansi merupakan pokok bahasan yang sangat sulit untuk di pahami karena dalam pembelajaran tersebut terdapat unsur perhitungan yang abstrak dan tidak memiliki rumus seperti halnya pelajaran yang menggunakan perhitungan lainnya. 
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui apa penyebab kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran akuntansi yaitu dengan judul Penyebab Kesulitan Siswa dalam Menganalisis Transaksi Akuntansi dan Hubungannya dengan Hasil Belajar Akuntansi (Studi pada Materi Ayat Jurnal Penyesuaian Di SMA Nusantara Kota Jambi)”.



1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.     Apakah yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi pada materi ayat jurnal penyesuaian di SMA Nusantara Kota Jambi?
2.     Bagaimanakah hubungan  kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi dengan hasil belajar akuntansi siswa di SMA Nusantara Kota Jambi?

1.3  Pembatasan Masalah
Agar permasalahan menjadi fokus, terarah, dan tidak salah penafsiran maka penulis membatasi masalah yaitu:
1)      Yang menjadi subjek penelitian ini adalah suluruh siswa kelas XII IS di SMA Negeri Nusantara.
2)      Menganalisis transaksi akuntansi pada pokok bahasan ayat jurnal penyesuaian.
3)      Faktor penyebab yang diteliti yaitu faktor Internal dan faktor eksternal siswa



1.4  Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha: Terdapat hubungan yang positif antara kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi dengan hasil belajar akuntansi siswa SMA Nusantara Kota Jambi.
Ho: Tidak terdapat hubungan antara kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi dengan hasil belajar akuntansi siswa SMA Nusantara Kota Jambi.

1.5  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka tujuan penelitian adalah untuk:
1.      Mengetahui faktor apa yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menganalisis transakasi akuntansi pada pokok bahasan Ayat jurnal penyesuaian
2.      Mengetahui apakah terdapat  hubungan antara faktor kesulitan siswa dengan hasil belajar akuntansi siswa di SMA Nusantara Kota Jambi.

1.6  Manfaat Penelitian
1)      Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan dan menambah khasanah kajian pustaka khususnya tentang mengenai faktor- faktor penyebab kesulitan menganalisis bagi siswa pada mata pelajaran ekonomi pokok bahasan ayat jurnal penyesuaian.
2)      Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru mata pelajaran ekonomi dalam upaya meningkatkan kemampuan menganalisis di bidang akuntansi.

1.7  Definisi Operasional
1)      Kesulitan siswa dalam Menganalisis transaksi akuntansi merupakan kondisi di mana siswa tidak dapat belajar akibat adanya gangguan-gangguan yang dialami siswa yang berasal dari dalam diri siswa yaitu kondisi fisiologis siswa dan dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat dan ditandai dengan menurunnya hasil belajar dan/atau kurang mampunya siswa dalam memahami pelajaran yang telah diberikan oleh guru dalam mata pelajaran ekonomi pada materi ayat jurnal penyesuaian.
2)      Hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk angka.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan baik yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Djamarah (2008:13) bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Muhibbin (2010:90) belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif. Sedangkan menurut Yamin (2007:168) belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan pengalaman, seseorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang datang dari dalam dirinya atau oleh stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan lingkungan.
Dari beberapa uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan, baik perubahan tingkah laku maupun aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan. Perubahan ini dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti bertambah pengetahuannya kecakapan semakin kuatnya daya penerimaan dan reaksinya serta aspek lain yang ada pada diri individu yang bersangkutan.
Bukti seseorang telah belajar adalah terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Hamalik (2007:30) memberikan pengertian hasil belajar adalah sesuatu yang tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut seperti, pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.




Sedangkan menurut Slameto (2010:3-5) ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar Yaitu:
1.    Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
2.    Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang akan terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
3.    Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari yang sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.


4.    Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja seperti berkeringat, keluar air mata, bersin dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.  Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkanapa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkan.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui sesuatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2007:30) memberikan pengertian tentang hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu. Sementara, menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah mengalami tindak belajar dan tindak mengajar oleh guru yang akan diaplikasikan ke dalam bentuk angka.
Menurut Bloom dkk (dalam Mudjiono dan Dimyanti, 2006:26-30) menggolongkan hasil belajar menjadi tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu:
a. Pengetahuan atau ingatan
b. Pemahaman
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesis
f. evaluasi
2. Ranah afektif berkenaan den-ean sikap yang terdiri dari 5 aspek yaitu:
a. Penerimaan
b. Jawaban atau reaksi
c. Penilaian
d. Organisasi
e. lntemalisasi
3. Ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan kemampuan bertindak.
a. Persepsi
b. Kesiapan
c. Gerakan terbimbing
d. Gerakan terbiasa
e. Gerakan kompleks
f. penyesuaian pola gerakan
g. kreatifitas
Diantara ketiga (3) kawasan tersebut, kemampuan kognitiflah yang sangat sering dinilai karena kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan intelektual siswa dalam menguasai materi pelajaran.

2.2 Pengertian Kesulitan Belajar Siswa
Pada dasarnya peserta didik adalah unik. Mengapa dikatakan unik? Itu dikarenakan setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap peserta didik itu tidaklah sama.  Bukan hanya dari bagaimana mereka bertingkah laku akan tetapi lebih dari pada itu, setiap siswa berbeda dalam menyerap materi yang diajarkan oleh guru. Ada peserta didik yang memang mudah menyerap materi yang diajarkan dan tidak sedikit juga ada siswa yang lambat dalam memahami dan menyerap materi yang diajarkan tersebut.
Menurut Muhibbin, (2010:170) penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan tinggi dan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan rendah terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswi yang berkategori diluar rata-rata itu tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasistasnya. Sehingga dari penjelasan tersebut kemudian timbul kesulitan belajar yang dialami oleh anak-anak di luar rata-rata dan bahkan dialami juga oleh anak-anak rata-rata yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya hasil belajar secara maksimal.
Pokok bahasan pengikhtisaran akuntansi perusahaan jasa merupakan salah satu pokok bahasan akuntansi yang membutuhkan ketelitian dan pemahaman dalam pengerjaannya. Tahap menganalisis transaksi merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam akuntansi. Akan tetapi, pada tahap menganalisis tersebut siswa masih merasa kesulitan dalam memahaminya sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang tidak maksimal. Sesuai dengan pendapat Markus (2004:15) bahwa kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran akuntansi sebagian besar berasal pada karakteristik materi akuntansi yang sebagian besar terdiri dari angka-angka yang cukup rumit sehingga siswa kesulitan dalam menjural, menganalisis transaksi, serta memperkirakan pos-pos yang perlu digolongkan jurnal-jurnal tertentu.
Mulyono (2007:6) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah gangguan yang terjadi dalam suatu proses pembelajaran yang dikarenakan oleh kurangnya pemahaman intelektual yang dimiliki oleh seseorang pembelajar terhadap materi yang diberikan. Menurut Mulyadi (2010:6-7) Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamnya termasuk pengertian-pengertian seperti:
1.      Learning Disorder (ketergangguan belajar)
Adalah keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajarnya lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
2.      Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
3.      Learning Disfungtion (ketidakfungsian belajar)
Menunjukkan gejala di mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.
4.      Under Achiever (pencapaian rendah)
Adalah mengacu kepada murid-murid yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5.      Slow Learner (lambat belajar)
Adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memeliki taraf potensi intelektual yang sama.
Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi.  Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh yang mengalaminya, dan bersifat sosiologis, psikologis ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya (Mulyadi, 2010:6). Menurut Hammil, et al, 1981 (dalam Subini, 2011:14) kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung. Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a.       Kesulitan dalam aktivitas mendengarkan
Menurut Mulyadi (2010:34) indera yang terpenting untuk belajar di sekolah adalah penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan hasil penelitian ternyata dalam kegiatan komunikasi penggunaan panca indera oleh individu menunjukkan persentase sebagai berikut:
1.      indera rasa 1%
2.      indera peraba 1%
3.      indera pencium 1%
4.      indera rungu 11%
5.      indera penglihatan 83%
Berdasarkan angka persentase di atas, indera penglihatan dan indera rungu memegang peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Kondisi tubuh dan suasana lingkungan belajar memang harus diperhatikan ketika akan melaksanakan proses pembelajaran.
b.      Kesulitan bercakap-cakap (bahasa)
Menurut Purwanto, 1989 (dalam Djamarah, 2008:77)  bahasa adalah alat terpenting dalam berpikir. Karena memiliki bahasa dan mampu berbahasa, manusia dapat berfikir. Dalam hal ini Djamarah (2010:79) mengatakan bahwa kemampuan anak dalam berbahasa mempengaruhi kemampuan anak dalam belajar. Dalam realitas sosial sering ditemukan anak yang mengalami kesulitan belajar karena miskinnya penguasaan perbendaharaan kosakata. kurangnya penguasaan kosakata menjadi penyebab sukarnya anak didik memahami kata-kata dan kalimat yang terdapat dalam berbagai buku bacaan, koran, majalah, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya penguasaan bahasa oleh anak didik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan anak kesulitan dalam belajar.
c.       kesulitan membaca (dyleksia learning)
Menurut Subini (2011:53) membaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan belajar di berbagai bidang. Seseorang yang mengalami kesulitan membaca akan kesulitan untuk memaknai symbol, huruf, dan angka melalui persepsi visual dan auditoris. Hal ini tentu akan berpengaruh pada saat anak membaca pemahaman. Senada dengan pendapat di atas Steve Stahl, 2002 ( dalam Santrock, 2009:88) menyatakan bahwa jika anak-anak tidak dapat mengenali kata-kata secara otomatis, maka pemahaman mereka menjadi buruk. Jika mereka tidak dapat memahami teks, mereka mungkin tidak akan termotivasi membacanya.
d.      kesulitan menulis (dysgraphia learning)
Definisi menulis,menurut Abdurrahman (2003:224) yaitu antara lain:
1.      menulis merupakan salah satu kompunen sistem komunikasi;
2.      menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa grafis; dan
3.      menulis dilakukan untuk keperluan komunikasi.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Kesulitan menulis menunjuk pada ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika. Subini (2011:60) mengatakan ciri utama yang paling menonjol dari seseorang yang berkesulitan belajar menulis adalah ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komponen tulisan dalam bentuk teks.
e.       kesulitan berhitung atau metematika (dyscalculia learning)
Selain membaca dan menulis, berhitung juga tidak kalah penting kegunaannya dalam kehipupan sehari-hari. Menurut Mulyadi (2010:174) ganggauan matematika (dyscalulia learning) adalah suatu ketidakmampuan dalam melakukan keterampilan matematika yang dihadpkan untuk kapasistas intelektualdan tingkat pendidikan seseorang. selain itu, Subini (2011:64) mengatakan kesulitan menghitung merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan aritmatika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi pencapaian prestasi akademika atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak.
Sejalan dengan itu menurut Djamarah (2008:235) kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ganggunan dalam belajar.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi di mana siswa tidak dapat belajar akibat adanya gangguan-gangguan  sehingga berpengaruh terhadap kurangnya pemahaman siswa baik yang berasal dari dalam ataupun dari luar diri siswa itu sendiri sehingga tidak dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

Menurut Subini (2011:42-47) gangguan belajar pada anak dapat dibedakan menjadi, yaitu:
1.      Kekacauan belajar (Learning disorder)
Kekacauan belajar adalah keadaan ketika proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Misalnya, si anak menginginkan  pelajaran santai tanpa banyak mengeluarkan energi seperti jurusan IPS namun ia dipaksa memasuki jurusan yang pelajarannya lebih berat seperti jurusan IPA.
2.      Distractability
Pada dasarnya, anak dengan gangguan distractability sama dengan gangguan belajar learning disorder. Anak dengan gangguan belajar distracbility tidak dpat membedakan stimulus yang penting dan tidak penting. Dalam hal ini, terkadang perhatiannya berbeda dengan apa yang sedang dikerjakannya (melamun pada saat di kelas).
3.      Learning disabilities
Learning disabilities adalah ketidakmampuan seseorang yang mengacu pada gejala ketikaanak tidak mampu belajar sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya. Biasanya, anak learning disabilities selalu berusaha menghindari kegiatan belajar mengajar dengan berbagai sebab sehingga hasil belajarnya menjadi di bawah tingkat kecerdasan yang seharusnya dapat dicapai.

4.      Learning disfunction
Learning disfunction adalah gejala yang menunjukkan ketika proses belajar mengajar seseorang tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnnya. Misalnya, anak yang sudah tekun tetapi tidak mampu menguasai bahan pelajaran dengan baik.
5.      Under achiever
Under achiever adalah mengacu pada anak yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
6.      Lamban belajar (Slow learner)
Lamban belajar adalah anak yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan anak lain yang memiliki tingkat potensi intelektual sama. Kecerdasannya berada sedikit di bawah rata-rata, yaitu IQ 80-90.
7.      Gangguan berbahasa
Pada dasarnya, anak-anak dengan gangguan berbahasa, mempunyai kemampuan verbal tau kecerdasan normal. Dalam berkomunikasi yang baik perlu adanya keseimbangan fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon, semantk dan prakmatik.
8.      Retardasi mental
Retardasi mental adalah suatu kondisi ketika tingkat kecerdasan anak berada di bawah rata-rata, yaitu sekitar IQ 50-70. Anak akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana selayaknya anak seusianya.
9.      Gangguan pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran biasanya terlihat melakukan usaha yang berlebihan untuk dapat mendengar. Biasanya anak yang mengalami gangguan pendengaran bicaranya tidak akurat. bahkan pada saat diskusi ia tampak kebingungan karena sulit menangkap apa yang dibicarakan orang-orang sekelilingnya.
10.  Gangguan tingkah laku
Gangguan tingkah laku adalah anak yang nakal, sulit diatur, sering  membolos, suka melawan, bahkan berperilaku antisosial. Anak yang mempunyai gangguan tingkah laku biasanya mempunyai prestasi dibawah taraf yang diperkirakan.
11.  Hiperaktivitas
Anak dengan gangguan hiperaktivitas akan sukar mengontrol aktivitas motoriknya. Anak dengan gangguan ini suka berpindah-pindah tugas tanpa menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
12.  Gangguan depresi
Depresi adalah gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengn perasaan yang menurun seperti muram, sedih, atau perasaan tertekan. Anak yang memiliki tanda-tanda depresi akan memperlihatkan kreativitas, inisiatif, dan motivasi belajar yang menurun. Dengan demikian, dapat menimbulkan kesulitan belajar sehingga membuat prestasi belajar anak menurun hari demi hari.

2.2.1 Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa
Fenomena kesulitan belajar seorang anak biasanya tanpak jelas dari menurunnya kenerja akademik atau belajarnya. Menurut Abdurrahman (2003:13) penyebab utama kesulitan belajar (Learning disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis; sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat. Menurut Muhibbin Syah (2010:170-171) faktor-faktor penyebab kesulitan belajar antara lain:
1.      Faktor intern anak didik
a.       ranah cipta (kognitif), antara lain seperti rendahnya kapasistas intelektual/inteligensi anak didik.
b.      ranah rasa (afektif), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c.       Ranah karsa (psikomotor), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

2.      Faktor ekstern anak didik
a.       lingkungan keluarga, contohnya; ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b.      Lingkungan masyarakat, contohnya; wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.
c.       Lingkungan sekolah, contohnya; kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk.
Koestoer (dalam Mulyadi, 2010:30-40) mengidentifikasikan kemungkinan sebab kesulitan belajar menjadi empat kategori:
1.      Kondisi-kondisi fisiologis yang permanen, meliputi:
a.       Intelegensi yang terbatas;
Setiap golongan anak mempunyai kemampuan intelegensi yang berbeda-beda, padahal kemampuan intelegensi tersebut sangat berpengaruh terhadap belajar anak. Anak yang mempunyai kemampuan intelegensi terbatas, kurang mampu menguasai konsep-konsep yang abstrak dengan kecepatan sama seperti teman-temannya yang mempunyai kemampuan integensi lebih tinggi.
b.      Hambatan persepsi;
Barangkali seseorang dapat melihat dn mendengar secara lebih jelas, tetapi ketika perangsang penglihatan dan pendengaran sampai pada otaknya mengalami gangguanoleh mekanisme penafsiran/persepsi images, sehingga salah penafsiran informasi yang diperoleh.
c.       Hambatan penglihatan dan pendengaran.
Indera yang terpenting dalam untuk belajar di sekolah adalah penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan hasil yang penelitian ternyata dalam kegiatan komunikasi penggunaan panca indera oleh individu menunjukkan prosentase sebagai berikut:
1)      Indera rasa 1 %
2)      Indera Peraba 1%
3)      Indera pencium 3,5%
4)      Indera rungu 11%
5)      Indera penglihatan 83%
2.      Kondisi-kondisi fisiologis yang temporer, meliputi:
a.       Masalah makanan;
Pada waktu tubuh seseorang bekerja secara efisien maka diperlukan struktur yang baik seperti mata yang baik, otak yang sehat dan pengisian bahan bakar atau makanan yang cukup dan bergizi untuk membentuk tubuh. Anak yang kekurangan vitamin, protein atau kekurangan substansi lain yang diperlukan, maka dampak negatifnya akan merasa cepat capai, tidak dapat memusatkan perhatian kegiatan belajar.
b.      Kecanduan;
Kecanduan alkohol, ganja dan sejenisnya dapat menimbulkan ketagihan. Pada mulanya kebiasaan itu kelihatan tidak berbahaya dan gampang ditinggalkan, tetapi sebelum bahaya itu disadari, kuasa kemauan sudah hilang sehingga kebiasan itu sudah tidak dapat ditinggalkanlagi. Pada saat kecanduan, tidak dapat memusatkan perhatian dan sulit memahami konsep-konsep baru.
c.       Kelelahan;
Kondisi fiologis pada umumnya sangat mempengaruhi prestasi belajar seseorng. Dalam kondisi kelelahan seseorang tidak dapat menerima pelajaran, bahkan mudah mengantuk, sehingga prestasi belajarnya rendah.
3.      Pengaruh-pengaruh sosial yang permanen, meliputi:
a.       Harapan orang tua terlalu tinggi, tidak sesuai dengan kemampuan anak;
Setiap orang tua mengharapkan anaknya berhasil dalam studi. Meskipun kadang-kadang tanpa memperlihatkan kemampuan/taraf intelegensi anak tersebut. Seorang yang belajar dalam tekanan orang tua, sementara kemampuannya terbatas berakibat pada perilaku yang menympang bagi anak itu sendiri.
b.      Konflik keluarga
Pada dasarnya, setiap orang ingin hidup bahagia dalam keluarga mereka. Dalam suasana bahagia, saling mencintai, dan penuh kasih akan menciptakan rasa tenang, sehingga anak akan tumbuh secara seimbang. Sebaliknya jika dalam keluarga penuh konflik akan menyebabkan anak mengalami kecemasan dan akan menimbulkan kesulitan belajar pada anak.



4.      Pengaruh-pengaruh lingkungan sosial yang temporer
a.       Ada bagian-bagian dalam urutan belajar yang belum dipahami;
Murid akan terdorong mempelajarai hal baru, jika telah memiliki bekal yang merupakan prasyarat bagi pelajaran itu. Jika guru mengabaikan hal ini bisa menimbulkan kesulitan belajar murid dan murid akan frustasi terutama mereka yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
b.      Kurang adanya motivasi.
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Adanya motivasi dapat mendorong belajar sebaliknya kurang adanya motivasi akan memperlemah semangat belajar.
Sementara itu, menurut Oemar Hamalik (dalam Markus, 2004:25) faktor penghambat dalam belajar dapat di golongkan menjadi empat macam, yaitu:
1.      Faktor-faktor yang bersumber dari diri anak adalah sebagai berikut:
a.       kesehatan yang terganggu
b.      kecakapan mengikuti pelajaran
c.       kebiasaan belajar
d.      kurangnya penguasaan bahasa
2.      Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah:
a.       cara memberikan pelajaran
b.      kurangnya bahan bacaan
c.       bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampun
d.      penyelenggaraan pengajaran terlalu padat
3.      Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga:
a.       masalah broken home
b.      rindu kampung
c.       bertamu dan menerima tamu
d.      kurangnya kontrol orang tua
4.      Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat:
a.       gangguan dari jenis kelamin lain
b.      bekerja disamping belajar di sekolah
c.       aktif berorganisasi
d.      tidak dapat membagi waktu, rekreasi,dan waktu senggang
e.       tidak mempunyai teman belajar
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa (internal), meliputi: faktor fisiologi dan faktor psikologi  dan faktor yang bersumber dari luar diri siswa (Eksternal), meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat.

2.2.2 Kriteria Gejala Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran, sudah menjadi harapan seorang guru untuk melihat hasil belajar siswa yang maksimal. Karena dengan hasil belajar tersebut dapat menjadikan patokan seorang guru berhasil atau tidaknya dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswanya. Namun terkadang, meskipun guru sudah mengusahakan pembelajaran secara maksimal masih juga ada siswa yang nilainya di bawah rata-rata. Maka dari pada itu sudah selayaknya seorang guru mencari tahu dan memecahkan permasalahan siswa tersebut. Berikut beberapa gejala sebagai indicator adanya kesulitan belajar, antara lain (Djamarah, 2008:246-247):
1.      menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok anak di kelas.
2.      Hasil belajar yang tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3.      Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
4.      Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti berpura-pura, acuh tak acuh, berdusta, mudah tersinggung, dan sebagainya.
5.      Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada orang lain.
6.      Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi pada kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
7.      Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.

Menurut Markus, 2004 (dalam Damayanti, 2007:17) ciri-ciri tingkah laku kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
1.      menunjukkan hasil belajar yang rendah.
2.      hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3.      Lambat dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar.
4.      Menunjukkan sikaf yang kurang wajar.
5.      Menujukkan tingkah laku yang berlainan.
6.      Menunjukkan gejal emosional yang kurang wajar.

2.2.3 Langkah-Langkah Mengatasi Kesulitan Belajar
Menurut Djamarah (2008:250-254) secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar pada anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:
1)      Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah. Dengan alat pengumpul data.
2)      Pengolahan data
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut; 1) identifikasi kasus; 2) membandingkan antar kasus; 3) membandingkan dengan hasil tes; dan 4) menarik kesimpulan.
3)      Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan mengenai hasil dari pengolahan data.
4)      Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
5)      Treatment
Treatment adalah perlakuan atau pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis.
6)      Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik atau tidak.


2.3  Ayat Jurnal Penyesuaian
2.3.1        Pengertian Jurnal Penyesuaian
Apabila diperhatikan, saldo akun pada akhir priode belum menunjukkan jumlah saldo yang sesungguhnya (riil). Akun pendapatan dan beban juga belum menunjukkan jumlah pendapatan dan beban selama priode yang bersangkutan. Hal itu terjadi karena selama berjalannya waktu telah trjadi perubahan, tetapi perubahan itu belum dicatat. Saldo akun masih bersifat sementara. Jadi, yang dimaksud dengan jurnal penyesuaian adalah proses pencatatan perubahan saldo dalam akun sehingga menunjukkan saldo yang sesungguhnya.
2.3.2        Fungsi Jurnal Penyesuaian
Fungsi jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut:
a.       menetapkan saldo catatan akun buku besar pada akhir priode hingga sesuai dengan saldo riil.
b.      menghitung pendapatan dan beban selama priode yang bersangkutan.

2.3.3        Akun yang Memerlukan Penyesuaian
a.       akun perlengkapan, karena pemakaian;
b.      akun biaya dibayar di muka, karena waktu telah dijalani;
c.       akun aktiva tetap, karena penyusutan aktiva;
d.      akun pendapatan yang belum diterima, karena ada pendapatan yang sudah menjadi hak/tuntutan perusahaan tetapi belum diterima;
e.       akun beban, karena ada beban yang belum diperhitungkan atau pembayaran biaya yang belum menjadi beban;
f.       akun pendapatan diterima di muka, karena berjalan waktu atau telah diserahkannya prestasi pada pelanggan.


2.4  Kerangka Berfikir
Akuntansi merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran ekonomi. Akuntansi merupakan bidang ilmu sosial yang syarat akan hitungan, bersifat abstrak, dan tanpa rumus seperti halnya mata pelajaran hitung lainnya. Pada prakteknya,  siswa banyak mengalami kesulitan dalam belajar akuntansi khususnya dalam menganalisis transaksi akuntansi pada materi ayat jurnal penyesuaian. Secara umum kesulitan yang dialami siswa tersebut dapat bersumber dari dalam diri siswa (internal) atau pun dari luar diri siswa (eksternal). Dari berbagai sumber kesulitan tersebut perlu adanya penelitian yang lebih lanjut agar dapat diketahui lebih jelas penyebab kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi tersebut. Kemudian setelah diketahui penyebab kesulitan siswa, selanjutnya diteliti apakah kesulitan siswa tersebut mempunyai hubungan yang positif atau negatif dengan hasil belajar akuntansi siswa.
Dari uraian di atas, sebagai kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Hasil belajar akuntansi
Kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi
Bagan 1. Kerangka Berpikir




BAB III
METODE PENELITIAN
35
 


3.1  Desain Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu deskriftif korelasional. Menurut Arikunto, 1992 (dalam Tomson, 2009:19) deskriftif korelasional adalah penelitian yang berusaha memberikan gambaran informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada penelitian yang dilakukan. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai kesulitan yang paling dominan yang dialami oleh siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi pada materi ayat jurnal penyesuaian di SMA Nusantara Kota Jambi. Kemudian, penelitian ini berusaha mencari hubungan antara faktor kesulitan tersebut dengan hasil belajar akuntansi.
3.2  Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan terhadap siswa kelas XI IS di SMA Nusantara Kota Jambi. Dan akan dilaksanakan pada bulan Maret s.d April 2012.
3.3  Variabel Penelitian
Menurut Suryabrata, 2003 (dalam Tomson, 2009:19) variabel adalah suatu gejala yang akan menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2010,61) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan, variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Berdasarkan pendapat di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu faktor kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi yang dianggap lebih dominan. Sementara variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IS SMA Nusantara Kota Jambi.
3.4  Subjek Penelitian
3.4.1        Populasi
Menurut Sugiyono (2010:117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. dalam penelitian yang menjadi populasi yaitu siswa kelas XI IS SMA Nusantara Kota Jambi.
3.4.2        Sampel
Menurut Sugiyono (2010:118)  sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:134) bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi.


3.5  Jenis dan Sumber Data
3.5.1        Jenis Data
Penelitian ini menggunakan Janis data kuantitatif. Di mana menurut Sugiyono (2011:23) data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Dalam penelitian ini, di katakan data kuantitatif karena penelitian ini menggunakan angka yaitu nilai yang diperoleh siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran.
3.5.2        Sumber Data
1.      Data primer, diperoleh siswa kelas XI IS SMA Nusantara Kota Jambi TA 2010/2011 dan 2011/2012 yang menjadi sampel penelitian.
2.      Data Skunder, merupakan data penunjang dalam penelitian ini yang diperoleh dari teori-teori para ahli yang relevan dengan penelitian.

3.6  Instrumen Penelitian
3.6.1        Angket
Untuk mengetahui apakah yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis transaksi akuntansi maka digunakan angket atau kuesioner sebagai alat pengumpul data. Di mana menurut Sugiyono (2010:199) angket merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawabnya. Yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu Siswa kelas XII IS SMA Nusantara Kota Jambi. Sementara itu, seperangkat pertanyaan yang akan diberikan yaitu berupadaftar pertanyaan yang berhubungan dan diduga penyebab kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akutansi pada materi ayat jurnal penyesuaian. Berikut daftar kisi-kisi yang diduga penyebab kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi.
Tabel 2 Kisi-kisi angket
Variabel
Sub variabel
Indikator
Deskriptor
Penyebab kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi
Faktor internal









Faktor eksternal
-    Faktor Fisiologis









-    Lingkungan keluarga




-    Lingkungan sekolah








-    Lingkungan masyarakat
-    Intelegensi
-    Motivasi belajar
-    kebiasaan belajar
-    Kecakapan belajar
-    Kemampuan (bahasa, menulis, berhitung)
-    masalah pendengaran dan penglihatan
-    kesehatan mental

-    Broken home
-    Ekonomi Keluarga
-    Konflik keluarga
-    Harapan orang tua terlalu tinggi

-    Cara memberikan pelajaran (guru)
-    Kelengkapan  bahan bacaan
-    penyelenggaraan pengajaran terlalu padat
-    Kondisi dan letak gedung sekolah
-    bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan

-    Aktif berorganisasi
-    Teman sepermainan
-    Kondisi tempat tinggal

Hasil Belajar Ekonomi
-
-    
-     
3.6.2        Dokumentasi
Teknik Pengumpulan data melalui dokumentasi ini yaitu berupa hasil belajar akuntansi yang dilihat dari nilai rata-rata ujian kompetnsi dasar pada semester genap TA 2010/2011 yang  diberikan oleh guru ekonomi .

3.7  Uji Coba Instrumen
3.7.1        Uji Validitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data itu valid. valid berarti instrumen tersebut dpat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010:173). Senada dengan pendapat tersebut Arikunto (2006:168) menyatakan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu berupa angket. Dalam penelitian ini akan menggunakan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2006:274) sebagai berikut:
Keterangan:
rxy           : koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
x          : skor pada tiap butir angket
y          : skor total
N         : jumlah sampel

3.7.2        Uji Reliabelitas Instrumen
Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memelih jawaban tertentu (Arikunto, 2006:178). Dalam penelitian ini untuk mencari reliabelnya yaitu dengan menggunakan rumus Spearman-Brown (Sugiyono, 2010:185) yaitu:
Keterangan:
r11        : reliabelitas instrumen
rb            : korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

3.8  Teknik Analisis Data
3.8.1        Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan suatu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah data dari setiap variabel yang akan dianalisis berdestribusi normal. Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas data digunakan rumus Chi Kuadrat (Sugiyono, 2011:107):
keterangan:
x2         : Koefisien Chi Kuadrat
Fo        : Frekuensi yang diobservasi
Fh        : Frekuensi yang diharapkan
Derajat Kebebasan (dk) = k-1 dengan taraf signifikan (α) = 0,05 dan ketentuan pengujian apabila X2hitung < X2tabel.

3.8.2        Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan suatu uji yang digunakan untuk menguji varian dua sampel tersebut homogen atau tidak. Dalam penelitian ini digunakan rumus uji F (Sugiyono, 2008:276), yaitu:
Selanjutnya harga Fhitung dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk pembilang n1-1 dan penyebut n2-1 pada taraf signifikan 0,05 dengan ketentuan pengujian bila Fhitung < Ftabel.

3.8.3        Rumus Statistik
Dalam hal ini, berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor apakah yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi pada materi ayat jurnal penyesuaian tersebut peneliti menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden. setelah data kuesioner terkumpul, maka langkah selanjutnya yaitu data tersebut ditabulasi dan dianalisis dengan teknik persentase yaitu dengan rumus:
Keterangan:
∑f(x)               = jumlah responden yang memelih
N                     = jumlah sampel
P                      = persentase
Selanjutnya, untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan maka angket dianalisis perbutir soal. Persentase yang lebih besar dari persentase yang lain, berarti menunjukkan faktor yang paling dominan yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi.
Setelah diketahui faktor yang paling  dominan penyebab kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi , maka selanjutnya yaitu mengetahui apakah terdapat hubungan antara kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi dengan hasil belajar ekonomi digunakan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2006:274)
Keterangan:
rxy           : koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
x          : skor pada tiap butir angket
y          : skor total
N         : jumlah sampel





Agar dapat membedakan kuat rendahnya hubungan kesulitan tersebut dengan hasil belajar dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks korelasi (interpretasi koefisien korelasi) melalui hasil analisis diinterpretasikan pada tabel nilai r Product Moment (Sugiyono, 2010:257):
Tabel 3. Analisis interpretasi koefisien korelasi
Interpretasi Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat



DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta
Damayanti, Sopia. 2007. Analisis Kesulitan Belajar Akuntansi pada Materi Neraca Lajur (studi kasus pada SMA PGRI 2 Jambi Kelas XI IS Tahun Ajaran 2006/2007). Skripsi. Universitas Jambi. Jambi
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta
Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta
Handoko, Yulian dkk. 2005. Akuntansi 2: Kurikulum 2004 Kelas 2 SMA. Jakarta. Bumu Aksara
Maas, Markus. Diakses tanggal 30 September 2011. Faktor-faktor kesulitan Belajar Akuntansi Siswa IPS SMAK BPK Penabur Sukabumi. http://www.bpkpenabur.or.id/files/hal%20022-049%20Faktor-faktor%20Kesulitan%20Belajar%20Akuntansi%20Siswa%20IPS%20SMAK%20BPK%20PENABUR%20Sukabumi.pdf
Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Nuha Litera. Jogjakarta
Mulyono. 2007. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta. Erlangga
Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan. Edisi 3. Terjemahan Diana Angelica, Salemba Humanika. Jakarta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta
Subini, Nini. 2011. Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak. Jogjakarta. Javalitera
Sugiyono. 2008. Statistik untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuanitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta
Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. Rosda
Tomson, Sahabat. 2009. Kesulitan Belajar Mahasiswa Terhdap Mata Kuliah Statistik dan Hubungannya dengan Hasil Belajar Mahasiswa PIPS FKIP Universitas Jambi. Skripsi. Universitas Jambi. Jambi


Lampiran
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Variabel
Sub variabel
Indikator
Deskriptor
Jumlah Item
No. Butir
Penyebab kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi
Faktor internal









Faktor eksternal
-    Faktor Fisiologis









-    Lingkungan keluarga




-    Lingkungan sekolah








-    Lingkungan masyarakat
-    Intelegensi
-    Motivasi belajar
-    kebiasaan belajar
-    Kecakapan belajar
-    Kemampuan (bahasa, menulis, berhitung)
-    masalah pendengaran dan penglihatan
-    kesehatan mental

-    Broken home
-    Ekonomi Keluarga
-    Konflik keluarga
-    Harapan orang tua terlalu tinggi

-    Cara memberikan pelajaran (guru)
-    Kelengkapan  bahan bacaan
-    penyelenggaraan pengajaran terlalu padat
-    Kondisi dan letak gedung sekolah
-    bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan

-    Aktif berorganisasi
-    Teman sepermainan
-    Kondisi tempat tinggal

-     
-     
Hasil Belajar Ekonomi
-
-    
-     
-     
-     


1 comment:

Unknown said...

makasih gan........
infonya.....