Tiga Hari Dimakamkan Kubur Berlubang
dan Acak-Acakan
Ketenangan hidup Desa Alam yang terletak di daerah barat
pulau Jawa tiba-tiba terusik. Ini diawali oleh terciumnya bau busuk yang tidak
sedap dari arah perkuburan warga. Awalnya hanya satu orang yang mencium bau
tersebut. Tapi karena sehari-hari banyak orang yang melintas diperkuburan itu,
bau itu mulai menarik perhatian.
“ada anjing yang mati, barangkali?” ujar salah seorang warga
mengira
Di daerah perkuburang itu memang banyak anjing yang biasa
berkeliaran. Anjing-anjing itu adalah anjing liar yang sering muncul dan
bermain-main di area perkuburan.
“Ah, ini mah bukan anjing, baunya beda,” ujar seorang warga
yang lain.
Tak puas dengan dugaan sendiri warga coba melihat-lihat di
area perkuburan. Tapi mereka tak menemukan ada anjing mati di sana.
Seorang warga yang biasa mencari kayu bakar di daerah yang
dekat dengan perkuburan akhirnya menemukan jawab dari bau tidak sedap itu.
Temuan inilah yang menggegerkan warga Desa Alam.
Bau tidak sedap itu ternyata berasal dari kuburan gumar yang
dimakamkan tiga hari yang lalu. Lebih membuat geger lagi bau itu tercium dari
jasad Gumar yang sudah dikebumikan dengan layak. Rupanya bau jasad Gumar tidak
lagi terlindungi oleh lapisan tanah karena kuburannya sudah berlobang dan
acak-acakan. Dari lobang yang menganga di kuburannya itu orang dapat melihat
papan pelindung jenazah yang biasa dipasang miring juda sudah berantakan hingga
Jasad Gumar tampak dengan jelas.
Terang saja temuan ini membuat heboh warga. Pasalnya ketika
Gumar dimakamkan tidak terladi hal-hal aneh. Semua berjalan dengan lancar dan
baik. Lelu kenapa setelah tiga hari dikebumikan kuburan Gumar berubah
sedemikian drastis dalam kondisi menyedihkan?
Dengan kepala masih digelayuti beragam pertanyaan, warga
bertindak cepat. Kubur Gumar segera diperbaiki agar tidak menimbulkan keresahan
lebih luas. Sulit bagi warga mempercayai hal itu terjadi dengan sendirinya,
sekaligus sulit juga bagi mereka ada orang iseng yang kurang kerjaan
mengacak-acak dan membuat kurang Gumar menjadi seperti yang mereka lihat. Desa
Alam terkenal dengan desa yang tak sedikit memiliki tokoh agama. Warganya pun
terkenal dengan baik-baik saja. Tak pernah ada kejadian seperti itu sebelumnya.
“Sekalipun tak dapat dimengerti, sebagian pemuka masyarakat
beranggapan keadaan kubur Gumar yang demikian seperti ingin menunjukkan dan
mengatakan seseuatu.” ujar Syarif, seorang santri yang menjadi narasumber
Hidayah.
Perjalanan Ke Kawi
Gumar dikenal dengan sosok yang biasa-biasa saja di desanya.
Dia bukan begundal yang meresahkan warga dan juga bukan orang penting yang
dihormati. Sehari-hari Gumar bertani dan mengurus kebunnya yang tak seberapa.
Gumar memiliki seorang istri dan empat orang anak yang
menjadi tanggung jawabnya. Penghasilan sebagai petani itulah yang ia gunakan
untuk membiayai keluargannya. Sebagaimana orang kampong pada umumnya kehidupan
Gumar bisa dikatakan pas-pasan. Ternyata setelah bertahun-tahun menjalani
kehidupan serba pas-pasan seperti itu Gumar memendam kegelisahan. Ia ingin
berubah dan ingin pula menikmati kehidupan lebih dari yang ia jalani seperti
saat ini. Tak banyak orang mengetahui kegelisahan Gumar. Ia lebih banyak
menyimpan kegelisahan itu seorang diri.
“Saya juga kebetulan kenal baik dengan almarhum, tapi ia
tidak pernah menceritakan kegelisahannya itu kepada saya.” ujar Syarif
Singkat cerita Gumar seperti ketemu jodoh saat ada seorang
temannya berbicara perihal jalan menjadi kaya secara cepat. Jalan itu adalah
dengan melakukan ritual selama seminggu di Gunung Kawi, Jawa Tengah. Gunung
Kawi sendiri cukup dikenal orang dan sering dijadikan tempat mencari berkah
dengan cara yang salah karena dianggap keramat.
“Kalau kamu bersedia menjalani ritual di sana dan menuruti
aturan-aturan yang berlaku sampai tuntas, saya jamin kamu akan meraih apa yang
kamu angankan.” ujar teman Gumar itu meyakinkan.
Menurut Syarif, ia agak heran jika Gumar terbujuk hal-hal
yang berbau syirik seperti ini. Gumar yang ia kenalcukup sering menjalankan
ibadah agama sebagaimana warga lainnya. Apalagi di depan rumah Gumar ada
musholah.
Tapi keinginan Gumar rupanya bukan keinginan ang main-main.
Ia memperhatikan betul informasi itu dan terdorong untuk menjalankannya.
Keinginannya itu ia sampaikan kepada istrinya yang hanya bisa terdiam mendengarnya.
Beberapa keluarga dekatnya juga ia beritahukan tentang keinginannya itu.
Singkat cerita, Gumar berangkat. Ia mempersiapkan dengan
cermat kepergiannya itu. Perjalanan itu sendiri juga tidak murah. Bahkan
diisyaratkan untuk memotong kambing jika sudah sampai di Gunung Kawi agar
ritualnya bisa manjur. tapi hal itu sama sekali tak menjadi penghalang baginya.
Buat Gumar apalah arti kehilangan modal sedikit demi meraih kekayaan yang tak
terhingga yang selama ini ia impikan. Bersambung ….
No comments:
Post a Comment